Usaha batik masyarakat Cina di Surakarta tahun 1900-1930
SARIYATUN, Prof.Dr. Soegijanto Padmo, M.Sc
2001 | Tesis | S2 SejarahPenelitian ini bertujuan memberikan gambaran yang jelas mengenai usaha batik masyarakat Cina di Surakarta. Permasalahan yang diangkat menyangkut bagaimana perkembangan masyarakat Cina di Surakarta dan bagaimana awal mula munculnya usaha batik masyarakat Cina pada dekade akhir abad XX dan awal abad XX ( antara 1900-1930), hubungan pengusaha batik Cina-pribumi, perkembangan dalam usaha batik masyarakat Cina, dan sistem pengupahan dan kondisi kerja seta kesejahteraan buruh batik masyarakat Cina di Surakarta. Untuk mengungkap permasalahan tersebut digunakan metode penelitian sejarah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekonomi politik yakni menjelaskan keberadaan usaha batik masyarakat Cina di Surakarta berkaitan dengan kebijakan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi usaha batik masyarakat Cina di Surakarta antara tahun 1900-1930 didukung oleh (1) kemampuan menjalin hubungan dengan penguasa setempat, (2) keunggulan mereka dalam berdagang dibanding para pedagang pribumi; (3) tersedianya tenaga buruh yang banyak dan murah, serta (4) mereka lebih dahulu menguasai bahan baku dan obat batik serta perdagangan batik di luar Surakarta dan Jawa Tengah, (5) modal yang kuat dengan jaringan kredit, distribusi barang untuk tengkulak dan eceran, serta mampu memasuki kapital dalam proses produksi batik. Orang-orang Cina menguasai bahan baku batik sejak sebelum tahun 1890. Pengusaha batik pribumi berhubungan baik dengan pedagang perantara Cina karena batas keuntungan yang diambil tidak berlebihan. Hubungan kerja diantara mereka berdasar kepercayaan dan perjanjian lisan. Diantara kedua5ya terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Mulai tahun 1900 Cina telah mampu membangun perekonomian sendiri, sehingga diistilahkan "dari parasifisme menjadi ke konsfruksi". Bersamaan dengan keadaan tersebut daerah Vorstenlanden terbuka bagi aktivitas ekonomi dan bisnis. Sejak tahun 1892 orang-orang Cina mulai menembus industri batik melalui pengawasan atas suplai bahan mentah dan produksi barang jadi. Mereka menguasai pasar di luar Surakarta dan Jawa tengah. Usaha mereka semakin menjadi setelah ditemukan teknik cap dan pewarna sintetis. Ragam hias batik Cina Surakarta merupakan perpaduan batik pesisir dan batik Vostenlanden. Perusahaan batik Cina pada umumnya dikelola secara kekeluargaan, menggunakan tenaga pribumi dengan disiplin yang tinggi. Sistim ,pengerjaan dan pemasaran batik Cina tidak berbeda dengan batik pribumi. Upah yang diberikan dalam berbagai pekerjaan membatik tidak kalah dengan upah pada pekerjaan lain yang sejenis. Di kalangan para buruh laki-laki dan perempuan ada kebiasaan madat dan judi. Kebiasaan ini juga berlaku dalam lingkungan buruh batik pribumi. Manajemen kerja yang diterapkan sangat longgar, sehingga banyak pegawai sering bolos, dan pengusaha sering meliburkan pada saat industri sepi. Meskipun demikian hubungan antara majikan dan buruh sangat baik karena masyarakat Cina Surakarta dikenal sebagai Cina yang halus. Kondisi lingkungan kerja pada umumnya kumuh dan tidak memenuhi syarat, kesehatan. Produktivitas kerja para buruh rendah karena sistim penggajian secara harian dan sistim pembayaran upah di muka. Terjadinya malaise 1929/1930 berpengaruh terhadap usaha batik masyarakat Cina di Surakarta. Usaha batik banyak yang ditutup atau beralih pada penggunaan bahan mori kualitas rendah. Meskipun demikian usaha batik masyarakat Cina dapat bertahan karena didukung jaringan ekonomi masyarakat Cina yang has dan kelebihan kapital yang besar. Setelah tahun 1930 industri batik mengalami perluasan yang berarti, pemerintah mulai mempertimbangkan peningkatan usaha batik untuk mengatasi kesulitan ekonomi.
This research aims to give description about batik enterprise of Chinese Society in Surakarta. The problem that appointed : how batik enterprise of Chinese society appear and it’s growth in 1900-1930; How the relationship between batik Chenese entrepreneur- native in Surakarta, production system work condition, laborer wages.and laborer prosperity. This research uses historical scientific method. The scientific approach to this thema is political economic approach, that explains the existensi of batik enterprise of Chinese society in Surakarta related with colonial government policy to the Chinese. The finds of research show that existence of batik enterprise of Chinese society in Surakarta 1900-1930 support (1) by ability of making relationship with local authority, (2) their superiority in trade than native enterpreneur; (3) avail ability of cheap laborer; (4) they have been dominate raw material and batik trade od side Surakarta and Central Java; (5) they have a big capital to enterprise. The Conclusion are: there’s a good relationship between Chinese batik enterpreneur and native enterpreneur in Surakarta. Batik enterprise of Chinese Society commonly manage by family business with high dicipline. The variations of batik Chinese in Surakarta have integration between beach batik and Vorstenlanden. The work and the marketing system similar with batik enterprise of native society. The Wages didn’t lose than wages in the other work. The work condition was dirty and did not fulfill the terms of health. Work management that applied are very. Laborer productivity are low, it because the daily wages system and cash of advance. Eventhough the relationship between toukey and laborer are very good. Malaise 1929-1 930 influence to batik enterprise of Chinese Society. Nevertheless they still exist because it has large network and big capital.
Kata Kunci : Sejarah Indonesia,Masyarakat Cina,Usaha Batik,Surakarta 1900,1930, Surakarta, Batik Enterprise, Chinese Society.