RUWATAN ANAK GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG: ANTARA RITUAL, WISATA DAN KOMODIFIKASI
ANGGA YOGA S, Agus Indiyanto, M.Si
2014 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYAAnak gembel adalah salah satu fenomena menarik dalam masyarakat Dieng. Beberapa anak di Dieng, dalam pertumbuhannya akan mempunyai rambut gembel, seperti gelandangan yang tidak pernah mencukur rambutnya. Sebelum gembel muncul pada rambut anak, ditandai dengan sakit yang berkepanjangan disertai demam tinggi, kejang-kejang dan mengigau. Skripsi ini ditulis berdasarkan serangkaian wawancara mendalam dan keterlibatan dalam ritual pemotongan rambut gembel di Dieng. Melalui observasi mendalam diharapkan perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat Dieng dapat dijelaskan. Terdapat 2 tipe ruwatan anak gembel, yaitu ruwatan pribadi (keluarga) dan ruwatan festival. Ruwatan pribadi berupa acara slametan yang dilakukan oleh keluarga anak gembel dengan lingkup kecil. Sedangkan ruwatan festival dikelola secara prosfesional oleh pemerintah daerah, melalui pokdarwis, yang sekarang dikenal dengan Dieng Culture Festival. Festival ini kini menjadi agenda wisata tahunan di Dataran Tinggi Dieng. Dari hasil penelitian terlihat bahwa terdapat beberapa perubahan mendasar dalam prosesi maupun makna ritual. Dalam beberapa hal pergeseran tersebut mengarah pada komodifikasi, baik terhadap ritual maupun si anak gembel itu sendiri. Pergeseran ini lebih jauh menegaskan perubahan-perubahan mendasar dalam tatanan masyarakat yang mewujud dalam, perubahan pola konsumsi masyarakat, perubahan pola relasi sosial, dan perubahan kosmologi masyarakat Dieng.
"anak gembel" are one of the interesting phenomenon in Dieng society. Some children in Dieng in time will grow "gimbal" hair, like beggar who never cut his hair. Before "gembel" characteristic appear on a child's hair, preceded with fever in long duration, convulsive body and raving or talking in sleep. This minithesis (skripsi), written based on continuous in-depth interview and involvement on “gembel†cutting hair ritual in Dieng. Through a thoughtful observation, there is an expectation that some social changes can be explained. There are two type “ruwatan†or ritual “gembel†child, namely “ruwatan pribadi†or private ritual (family) and “ruwatan festival†or festival ritual. Private ritual is a “slametan†held by family of “gembel†child in small scale. Whereas festival ritual professionally manage by local government, through “pokdarwisâ€, now known as Dieng Culture Festival. This festival now become Dataran Tinggi Dieng’s yearly tourism agenda. From the result of this research, there are some basic changes whether on procession or ritual meaning. In some cases, this friction directed to commodification, in terms of the ritual itself or on the “gembel†child. Further, this friction emphasize basic changes on societies order which is materialized on consumption pattern, changes on social relations and cosmological changes in Dieng society.
Kata Kunci : anak gembel, ruwatan, komodifikasi, perubahan sosial