NILAI RUANG BERMUKIM SUKU MUNA: Kawasan Gunung Jati Kota Kendari

ALIM BAHRI, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.

2014 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Manusia dalam memilih dan menentukan suatu tempat sebagai ruang bermukimnya mempunyai alasan-alasan tertentu dan akan memberikan nilai dan makna ruangnya dalam proses waktu yang panjang. Interaksi sosial yang terjadi dalam ruang bermukim yang dipilih, akan melahirkan konsep-konsep lokal yang akan menjadi pola keterikatan antara ruang bermukim dan manusia sebagai pengguna ruang sehingga suatu ruang bermukim dan manusianya tidak dapat dipisahkan, karena terdapat makna ruang yang diyakini manusia terhadap ruang tersebut dan manusia akan memberikan makna terhadap ruang bermukimnya, sehingga menjadi suatu ikatan yang tidak dapat dipisahkan. Sejarah pemukiman suku Muna di Gunung Jati, sangat dipengaruhi dari kebijakan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Tenggara, yang melakukan pemindahan secara paksa pemukiman suku Muna di kawasan Gunung Jati dengan maksud melindungi kawasan hutan konservasi sebagai daerah tangkapan air. Disisi lain, kejadian tersebut menimbulkan trauma bagi masyarakat yang merasa dipisahkan dengan ruang sosialnya dan ruang sumber kehidupannya. Penelitian ini berbasis fenomenologi dengan metode eksplorasi–induksi dalam menggali makna, nilai ruang bermukim suku Muna di Gunung Jati beserta konsep-konsep lokal yang tumbuh dalam pola kehidupan masyarakatnya, menghasilkan suatu pengetahuan bahwa suatu masyarakat akan mempertahankan tempat bermukimnya dengan cara, metode, strategi dan konsep tertentu untuk tetap eksis dan survive dalam mempertahankan tempatnya bermukim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep-konsep lokal yang lahir secara alamiah dalam proses sejarah yang panjang dalam kehidupan sosial masyarakat suku Muna di Gunung Jati, adalah suatu cara atau strategi untuk melestarikan semangat solidaritas dan rasa kepedulian sosial dalam suatu komunitas yang homogen. Masyarakat suku Muna Gunung Jati mengganggap bahwa dengan komunitas yang homogen dengan latar belakang sejarah, ekonomi, sosial, budaya dan pola hubungan sosial yang sama akan mampu untuk eksis dalam mempertahankan kawasan Gunung Jati sebagai sumber kehidupan. Pada tahapan selanjutnya, konsep-konsep lokal tersebut membangun makna dan nilai ruang bermukim Suku Muna di Gunung Jati sebagai (i) ruang sosial untuk menunjukkan eksistensi dan identitas teritorial kesukuan, dan (ii) ruang sebagai sumber kehidupan untuk mencapai kehidupan ekonomi yang lebih baik. Pengetahuan teoritis yang dapat disumbangkan adalah : konsep nilai ruang bermukim suku Muna di kawasan Gunung Jati yang akan menjadi dasar pemerintah daerah untuk lebih bijaksana dan manusiawi dalam merencanakan tata ruang kawasan hutan konservasi agar tidak melakukan tindakan yang dapat memisahkan suatu masyarakat dengan sumber kehidupannya.

In selecting and determining a site as a dwelling space, people surely has certain reasons and they will give its spatial value and meaning in a long period of time. Social interactions occurred in the selected dwelling space will raise local concepts that will be a pattern of attachment between the dwelling space and the people as the users of the space, so that the dwelling space and the people cannot be separated. It is because the people occupying the dwelling space believed that the space surely has meaning and they will give certain meaning to the dwelling space, thus raising an inseparable bond. The history of Muna tribe’s settlement in Gunung Jati has intensively been influenced by the public policies of the Local Government of Southeast Celebes Province to relocate forcefully the Muna tribe’s settlement in the areas of Gunung Jati. On the one hand, the relocation is done to provide protection over the areas of conservation forests as catchment areas. On the other hand, the protection policies have caused severe traumas for local community because they felt to be forcefully separated from both their social space and source of livelihood. This study was conducted by using a phenomenological approach with an explorative-inductive method to explore the value and meaning of the dwelling space in the Muna tribe’s settlement in Gunung Jati as well as to identify the local concepts that have grown in the living patterns of local community and produced knowledge that they will defend their dwelling space by applying certain ways, methods, strategies, and concepts to exist, survive and retain their dwelling site . Results of the study show that the local concepts that have naturally grown in a long historical process amidst the social life of the Muna tribe’s community in Gunung Jati reflected certain ways or strategies to preserve a spirit of solidarity and a sense of caring in a homogenous community. The Muna tribe’s community in Gunung Jati regarded that by the homogenous community with the same historical, economic, social and cultural background as well as the similar social relationship will be able to exist in preserving the areas of Gunung Jati as the source of strategic livelihood. Moreover, these local concepts become the bases for the development of value and meaning for the dwelling space of the Muna tribe’s settlement in Gunung Jati as the social sphere to show tribal territorial existence and identity and a natural space as the source of livelihood to reach a better economic life. Theoretical knowledge as a contribution of the study includes the concepts of value and meaning for the dwelling space of the Muna tribe’s settlement in Gunung Jati that will be the appropriate bases for the local government to issue the public policies in a wise and humanist manner, particularly in planning the spatial order amidst the areas of conservation forests for preventing the local community from being forcefully separated from their source of livelihood

Kata Kunci : -