Laporkan Masalah

LIBRASCAPE (LIBRARY AS PLAYSCAPE): REDEFINISI PERAN PERPUSTAKAAN MODERN DENGAN METODE SUPERIMPOSITION

BRYAN REINHARD BATARA, Diananta Pramitasari, S.T., M.Eng., Ph.D.

2013 | Skripsi | ARSITEKTUR

Bangunan tua, tidak menarik, tersembunyi serta kecil. Itulah gambaran atau impresi yang ada dan melekat pada bangunan lama Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Timur. Hal itu merefleksikan status dan kondisi keberadaan sebuah perpustakaan umum daerah di Indonesia, yaitu dipandang sebelah mata. Pemerintah Jakarta Timur menyadari bahwa kondisi tersebut harus segera diselesaikan dengan merelokasi dan membangun perpustakaan daerah yang baru. Lantas, muncul pertanyaan baru: "bagaimana membangun perpustakaan baru tersebut?". Pemerintah mengajukan inisiatif untuk membangun perpustakaan baru dengan harapan mampu merubah citra perpustakaan umum daerah dan bisa menarik minat masyarakat untuk membaca. Tetapi apakah dengan membangun perpustakaan baru dengan desain yang menarik, terbuka dan masif mampu mencapai citacita tersebut? Atau dalam 20 tahun ke depan nasib perpustakaan baru akan sama seperti perpustakaan yang lama, ditinggalkan? Kekuatiran tersebut yang menggiring pada pertanyaan yang lebih besar: apakah peran perpustakaan di era masyarakat modern sekarang? Hal tersebut patut dipertanyakan karena pada kenyataannya perkembangan teknologi harian manusia, seperti koneksi internet (mesin pencari dan ensiklopedia online) dan gadget elektronik, sudah hampir mampu menggantikan peran perpustakaan sebagai gudang informasi yang tidak terbatas yang memiliki akses luar biasa. Berdasarkan hal tersebut, peran perpustakaan harus berubah sehingga memberikan perspektif alasan baru bagi masyarakat untuk memanfaatkan perpustakaan. Metode superimposition antara fungsi perpustakaan dan perancangan playground (playscape) merupakan bentuk upaya meredefinisi peran perpustakaan. Metode ini memberikan kesempatan untuk merubah citra dan peran perpustakaan tetapi tetap memiliki dasar sebagai sebuah perpustakaan, yaitu gudang informasi. Perpustakaan tidak lagi dilihat sekedar sebagai tempat membaca yang kondusif dan tertutup tetapi sekaligus juga tempat bermain yang aktif dan terbuka. Di dalam konteks budaya masyarakat Jakarta, perpustakaan mampu menjadi alternatif lokasi berwisata dengan mall-mall lainnya.

Nowadays, library in Indonesia is facing a problem to attract people. Digital searching engines like Google and Wikipedia have removed library as primary information source. People tend to seek information from the internet because faster and instant. The rigidness design of library is another reason why library looks not interesting for the people, especially for young people. The library design needs a redefinition in architectural context to be more attractive. The old design guidelines should be reformed by putting more flexible and interesting elements and grow people's attention on the library. The choose of Bernard Tschumi's Superimposition as the concept and method is due to its conception of overlaying of layers and its philosophy of deconstructivism. This design project thesis will take place on East Jakarta. Through this experiment, layers of library functions will be superimposed by the layers of playscape. This means the redefinition will change the architecture of library but keep the basic functions of library. The playscape is selected as it's considered as element that could attract people to come and could reviving the value of library as public space. By the concept of Superimposition, the layers of library will merged with the layers of playscape. Using the analogy of Euclidean geometry elements of points, line, plane, and space, the superimposition of the elements will determine the form of the building.

Kata Kunci : perpustakaan, playscape, superimposition, overlaying, layers, Bernard Tschumi, analogi, geometri


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.