VARIASI GENETIK Shorea macrophylla DAN Shorea stenoptera DI HUTAN ALAM DESA SUNGAI BUAYA, KABUPATEN SINTANG BERDASARKAN PENANDA MIKROSATELIT
IRNA LESTYANINGSIH, Dr. Sapto Indrioko, S.Hut., M.P.
2014 | Tesis | S2 Ilmu KehutananMeningkatnya laju degradasi hutan di Indonesia menyebabkan keberadaan Shorea macrophylla dan Shorea stenoptera sebagai penghasil utama minyak tengkawang semakin mendekati kepunahan. Oleh karenanya diperlukan upaya konservasi, termasuk di dalamnya konservasi sumberdaya genetik secara in-situ. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam upaya konservasi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang variasi genetik S. macrophylla dan S. stenoptera di dalam populasi hutan alam serta besarnya variasi yang terdistribusi di keempat tingkat hidup, yaitu pohon, tiang, pancang, dan semai. Sampel berupa daun dan kambium dari S. macrophylla dan S. stenoptera diambil dari hutan alam Desa Sungai Buaya, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat dengan metode purposive sampling. Pengamatan variasi genetik dilakukan menggunakan penanda genetik berbasis DNA mikrosatelit dengan 3 primer yaitu Shc-2, Shc-7, dan Shc-9. Data hasil pengamatan dianalisis untuk masing-masing jenis pada tiap tingkat hidup menggunakan program GenAlex 6.5. Hasil penelitian menunjukkan proporsi lokus polimorfik untuk kedua jenis adalah 100%. Besarnya Ho untuk S. macrophylla adalah 0,633 (pohon), 0,292 (pancang), dan 0,333 (semai), sedangkan He bernilai 0,560 (pohon), 0,353 (pancang), dan 0,318 (semai). Pada S. stenoptera nilai Ho adalah 0,633 (pohon), 0,542 (pancang), dan 0,422 (semai), sedangkan untuk He 0,462 (pohon), 0,557 (pancang), dan 0,541 (semai). Besarnya variasi genetik (Ho) S. macrophylla pada tingkat pohon yang diturunkan pada tingkat pancang sebesar 46,129% dan tingkat semai 52,606%, sedangkan pada S. stenoptera Ho yang diturunkan ke tingkat pancang sebesar 83,624% dan tingkat semai sebesar 66,667%.
Forest degradation in Indonesia led to the extinction of Shorea macrophylla and Shorea stenoptera as the major source of illipe nut (tengkawang) oil. To protect those species from being extinct, genetic conservation such in-situ conservation are necessary. The study was aimed to determine the genetic variation of S. macrophylla and S. stenoptera in natural forest population and the distribution of genetic variation in four living levels, i.e. trees, poles, saplings, and seedlings. Leaf and cambium samples of two Shorea species were collected from natural forest at Desa Sungai Buaya, Kecamatan Kayan Hilir, Sintang, Kalimantan Barat by purposive sampling. Genetic variation observed by 3 primers microsatellite marker, i.e. Shc-2, Shc-7, and Shc-9. Data were analyzed using GenAlex 6.5. The results showed that proportion of polymorphic locus is 100% of both species. The observed heterozygosity (Ho) of S. macrophylla are 0,633 (trees), 0,292 (saplings), and 0,333 (seedlings), while expected heterozygosity (He) are 0,560 (trees), 0,353 (saplings), and 0,318 (seedlings). Ho for S. stenoptera are 0,633 (trees), 0,542 (saplings), and 0,422 (seedlings), while He 0,462 (trees), 0,557 (saplings), and 0,541 (seedlings). The genetic variation of S. macrophylla derived from trees to saplings level was 46,129% and seedlings level was 52,606%, while genetic variation of S. stenoptera derived from trees to saplings level was 83,624% and seedlings level was 66,667%.
Kata Kunci : S. macrophylla, S. stenoptera, mikrosatelit, variasi genetik.