HUBUNGAN PERDARAHAN ANTEMORTEM BERAT DAN RINGAN TERHADAP LIVOR MORTIS PADA JENAZAH KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RSUP DR SARDJITO TAHUN 2009-2013

KEMAL LUTHFAN HINDAMI, dr. IBG Surya Putra Pidada, SpF

2014 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Livor mortis berguna untuk mengestimasi waktu kematian seseorang. Dua faktor yang mempengaruhi livor mortis adalah volume dan viskositas darah. Untuk meneliti apakah livor mortis seharusnya sudah menetap diperlukan adanya informasi yang jelas mengenai waktu kematian dan pemeriksaan. Kedua informasi tersebut paling banyak terdapat pada kasus kecelakaan lalu lintas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara perdarahan antemortem berat dengan ringan terhadap keterlambatan menetapnya livor mortis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitis observasional dengan menggunakan desain potong lintang. Sampel diambil dari visum et repertum di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, pada periode 2009-2013. Hasil: Dari 80 korban, 60 (75%) mengalami perdarahan berat dan sisanya 20 (25%) mengalami perdarahan ringan. Terdapat 51 (63,7%) korban yang mengalami keterlambatan dalam menetapnya livor mortis, sedangkan sisanya 29 (36,3%) sudah menetap. Berdasarkan hasil uji statistik, tidak ada perbedaan bermakna antara perdarahan antemortem berat dengan ringan terhadap risiko keterlambatan menetapnya livor mortis (RO=0,689; IK 95%, 0,232-2,048; p=0,503). Kesimpulan: Secara proporsi ditemukan adanya pengaruh perdarahan antemortem terhadap keterlambatan menetapnya livor mortis, namun hasil statistik pada penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara perdarahan antemortem berat dengan ringan terhadap keterlambatan menetapnya livor mortis.

Background: Post-mortem lividity is useful for estimating the time of death. Two factors that play an important role in the degree of livor mortis are blood volume and viscosity. To investigate whether lividity should have been fixed requires clear information regarding the time of death and the time of examination. Such information was commonly found in cases of road traffic accident. Aim: The aim for this study is to determine whether there is a difference between heavy and mild antemortem bleeding with delayed fixing of post-mortem lividity. Methods: This study is an observational analytic study using cross-sectional design. Samples were taken from visum et repertum in the Installation of Forensic Medicine Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta, from 2009 to 2013. Results: Of the 80 victims, 60 (75%) experienced severe bleeding and the remaining 20 (25%) experienced mild bleeding. There are 51 (63.7%) of the victims who had their lividity fixing delayed, while the remaining 29 (36.3%) have their lividity fixed. Based on the statistical results, there is no significant differences between heavy and mild antemortem bleeding with delayed fixing of post-mortem lividity (OR=0.689; 95% CI, 0.232 to 2.048; p=0,503). Conclusions: Based on the proportion of the samples, association between antemortem bleeding with delayed fixing of post-mortem lividity was found. However, the statistical results in this study stated that there was no significant difference between heavy and mild antemortem bleeding with delayed fixing of post-mortem lividity.

Kata Kunci : Livor mortis; perdarahan antemortem; visum et repertum; kecelakaan lalu lintas.