HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP SEKSUAL NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN YOGYAKARTA
BIRRUL QODRIYYAH, Wenny Artanti Nisman, S.Kp, M.Kes.
2014 | Skripsi | ILMU KEPERAWATANLatar Belakang: Seksualitas adalah aspek kebutuhan dasar manusia yang dialami dan diekspresikan salah satunya melalui sikap seksual. Pada narapidana, ekspresi dan pemenuhan kebutuhan seksual mengalami hambatan untuk disalurkan sehingga berpengaruh pada kecenderungan keputusan sikap seksualnya. Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat religiusitas dengan sikap seksual, gambaran tingkat religiusitas dan gambaran sikap seksual narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross sectional. Penelitian dilakukan pada 85 sampel dari total populasi 330 narapidana yang memenuhi kriteria inklusi laki-laki, mampu berbahasa indonesia, dan bersedia menjadi responden. Narapidana yang memasuki masa cuti menjelang bebas atau teridentifikasi transgender diekslusikan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adopsi dari instrumen The Centrality of Religiosity Scale (CRS) dan Brief Sexual Attitude Scale (BSAS). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney. Hasil: Sebanyak 86% responden termasuk dalam kategori sangat religius. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara sikap seksual secara umum (p = 0,181), sikap permisif (p=0,21), sikap instrumental (p=1,0), dan sikap sakral (p=0,092) pada kelompok narapidana sangat religius dan religius. Terdapat perbedaan perbedaan yang bermakna antara sikapsakral pada kelompok narapidana dengan latar belakang pidana pemerkosaan dan pidana non pemerkosaan (p=0,006). Kesimpulan: Tingkat religiusitas narapidana sebagian besar dalam kategori sangat religius.Tidak terdapat hubungan antara tingkat religiusitas narapidana dengan sikap seksual umum, sikap seksual permisif, sikap seksual instrumental, dan sikap seksual sakral, namun terdapat perbedaan bermakna antara seksual sakral pada kelompok narapidana dengan latar belakang pidana pemerkosaan dan non pemerkosaan.
Background: Sexuality is human basic needs that expressed and experienced through sexual attitude. Prisoners often having barrier on expression of sexual fulfillment. Therefore contributes to the decicion of making sexual attitute. Objective: To investigate the correlation between religiosity and sexual attitudes, religiosity level overview and description of the sexual attitudes of prisoners in Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.. Methods: This study was a cross-sectional quantitative study that conducted on 85 samples of a total population of 330 inmates who meet the criteria for inclusion; men, able to understand Indonesian languages, and willing to be respondent. Inmates that identified transgender and those who begins on free period are excluded from the study. The instrument used in this study is the adoption of the instrument The centrality of Religiosity Scale (CRS) and the Brief Sexual Attitude Scale (BSAS). Mann Whitney test is statistically used in this study. Result: A total of 86% of respondents included in the category of very religious. There were no significant differences between sexual attitudes in general (p = 0, 181), permissive attitudes (p = 0, 21), instrumentallity attitude (p = 1, 0), and communion attitude (p = 0.092) in the group of inmates was very religious and religious. There are significant differences between communion attitude in the group of prisoners with rape criminal background and non rape criminal backgrounds(p = 0, 006). Conclution: The level of religiosity inmates are mostly very religius.T here is a no relationship between the degree of religiosity inmates with general sexual attitudes, permissive sexual attitudes, instrumentallity sexual attitude, communion sexual attitudes, but there are significant differences between the groups of inmates sacred sexual with background criminal rape and non-rape.
Kata Kunci : sikap seksual, religiusitas, narapidana, lembaga pemasyarakatan