PREVALENSI PREMENSTRUAL SYNDROME DAN PREMENSTRUAL DYSPHORIC DISORDER PADA WANITA DI LAPAS KLAS IIA KOTA YOGYAKARTA
MUTIK SRI PITAJENG, Wenny Artanty Nisman, S.Kep., Ns., M.Kes
2014 | Skripsi | ILMU KEPERAWATANLatar Belakang: Premenstrual syndrome (PMS) merupakan gejala tidak nyaman yang dirasakan oleh wanita usia reproduktif menjelang menstruasi atau beberapa hari di awal menstruasi. PMS yang parah disebut dengan Premenstrual dysphoric disorder (PMDD). Wanita yang sedang menjalani hukuman di penjara memiliki kehidupan yang lebih beresiko mengalami PMS/PMDD. Belum ada data tentang PMS/PMDD pada wanita di penjara. Tujuan: Mengetahui prevalensi premenstrual syndrome dan premenstrual dysphoric disorder pada wanita di Lapas Klas IIA Kota Yogyakarta Metode Penelitian: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey deskriptif. Pengumpulan data dilakukan 3 kali dari Januari hingga April 2014 dengan kuisioner data demografi serta instrumen PMS dan PMDD menurut kriteria ACOG dan DSMIV dari penelitian Hapsari et al. (2004) yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Cahyanti et al. (2012). Hasil: Narapidana wanita yang tidak mengalami PMS/PMDD sebanyak 13 orang (40,6%), narapidana wanita yang mengalami PMS sebanyak 13 orang (40,6%), dan narapidana wanita yang mengalami PMDD sebanyak 6 orang (18,8%). PMS dan PMDD pada narapidana wanita menganggu kegiatan pembinaan, hubungan dengan teman, bekerja, hubungan dengan keluarga, dan kegiatan lain. Gejala premenstruasi yang sering dirasakan wanita PMS adalah payudara terasa kencang (100,0%), mudah marah (84,6%), dan perubahan selera makan (76,9%). Gejala premenstruasi yang sering dirasakan wanita PMDD adalah cemas (100,0%), mudah merasa lelah (100,0%), sulit konsentrasi (100,0%), dan payudara terasa kencang (100,0%). Kesimpulan: Prevalensi PMS dan PMDD pada wanita di Lapas Klas IIA Kota Yogyakarta adalah 40,6% dan 18,8%. PMS dan PMDD pada wanita di penjara lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum di Indonesia.
Background: Premenstrual syndrome (PMS) is a collection of physical and mental changes that started some days before menstruation and subside almost immediately at the time of menstruation is coming. Severe PMS is called Premenstrual dysphoric disorder (PMDD). Women inmates have more related factors of PMS/PMDD than general population. Objective: To find out the prevalence of PMS and PMDD in women inmates at Lapas Klas IIA Yogyakarta. Method: Quantitative research with descriptive survey approach. The subjects were women inmates. Questionnaire was used for data collection to get demographic information, menstrual history, and symptoms relevant to PMS and PMDD according to ACOG and DSM-IV criteria from Hapsari et al., (2004) which had been translated into Bahasa by Cahyanti et al., (2012). Data was collected 3 times from January-April 2014. Result: The prevalence of women inmates without PMS/PMDD were 13 (40,6%), women inmates with PMS were 13 (40,6%), women inmates with PMDD were 6 (18,8%). PMS and PMDD in women inmates disturbed activities of women inmates in prison such as disturbed developing program, social relationship, productivity, family relationship, and another activity. Most of women inmates with PMS felt breast tenderness (100,0%), anger (84,6%) and changed of appetite (76,9%). Most of women inmates with PMDD felt anxiety (100,0%), fatigue (100,0%), impaired concentration (100,0%), and breast tenderness (100,0%) as premenstrual symptoms. Conclusion: The prevalence of PMS and PMDD in women inmates were 40,6% and 18,8%. PMS and PMDD in women inmates was higher than general population in Indonesia.
Kata Kunci : PMS, PMDD, narapidana wanita, menstruasi