KAJIAN KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI DI HUTAN MONOKULTUR DAN AGROFORESTRI (Studi Kasus di Desa Andongsili, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah)
WIDYASTIKA ANGGI R, Prasetyo Nugroho, S.Hut., M.Sc.
2014 | Tugas Akhir | D3 KEHUTANANKabupaten Wonosobo secara topografis memiliki bentang alam pegunungan dan berbukit. Faktor topografi sedemikian didukung curah hujan rata-rata 3400 mm dengan hari hujan adalah 196 hari, menyebabkan wilayah ini sangat rentan longsor dan menyebabkan terjadinya aliran permukaan serta laju erosi cukup tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan potensi terjadinya lahan kritis dan pada akhirnya menurunkan produktivitas lahan dan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung koefisien aliran permukaan pada lahan hutan monokultur jenitri dan agroforestri serta mengetahui tingkat erosi pada lahan hutan monokultur jenitri dan agroforestri. Lokasi penelitian merupakan areal hutan monokultur jenitri dan agroforestri di Desa Andongsili, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode komparatif dan deskriptif pada pembuatan plot erosi berukuran 22 x 4 m. Data yang diperoleh berupa data curah hujan, aliran permukaan dan suspensi yang tertampung di dalam drum pada setiap hujan tunggal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Ms.excel dan program SPSS. Hasil Penelitian yang dilakukan selama tiga bulan, menunjukkan bahwa di hutan monokultur jenitri memiliki laju erosi sebesar 0,0013 ton/ha dengan koefisien aliran permukaan sebesar 0,08. Sedangkan pada agroforestri laju erosi sebesar 0,0010 ton/ha dengan koefisien aliran permukaan sebesar 0,01. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan dan laju erosi yang terjadi di kedua lahan tersebut adalah penutupan lahan, tekstur tanah, dan pengolahan tanah yang dilakukan. Hutan jenitri menghasilkan aliran permukaan yang besar namun laju erosinya rendah karena tingkat pengolahan tanah yang rendah meskipun strata tajuknya tidak berlapis, dan fraksi tanah yang mendominasi adalah lempung. Sedangkan agroforestri menghasilkan aliran permukaan dan erosi yang rendah karena memiliki strata tajuk berlapis dari penutupan tajuk dan penutupan tumbuhan bawah.
Wonosobo district has mountainous and hilly landscape Topographically. Factors such topography supported an average rainfall 3400 mm with 196 rainy days was the day, causing the area is very prone to landslides and cause runoff and erosion rate is quite high. This can result in the potential for critical land and ultimately reduce productivity and crop land. This study aims to calculate the coefficient of surface runoff on forest land and Jenitri agroforestry monoculture and determine the level of erosion on forest land Jenitri monoculture and agroforestry. Location of the study is Jenitri monoculture forests and agroforestry in Andongsili Village, District Mojotengah, Wonosobo, Central Java Province. The research method is done by using the comparative method and descriptive on making erosion plots measuring 22 x 4 m. Data obtained in the form of rainfall data, runoff and suspension are deposited in the drum at every single rain. Data analysis was performed using SPSS program and Ms.Excel. Research conducted over three months, indicating that in monoculture forests Jenitri have erosion rate of 0.0013 tonnes / ha with runoff coefficient of 0.08. While the rate of erosion of agroforestry 0.0010 tons / ha with runoff coefficient of 0.01. Factors affecting runoff and erosion that occurred in both the land is land cover, soil texture, and tillage is done. Jenitri forest produce runoff that large but low erosion rate due to the low level of land treatment though not layered canopy strata, and soil fraction is dominated by clay. While agroforestry produce runoff and erosion is low because it has a multi-storey strata of canopy closure and closing down plants.
Kata Kunci : Koefisien aliran permukaan, Erosi, Hutan Monokultur dan Agroforestri