HUBUNGAN KEINTIMAN SUAMI ISTRI DENGAN POSTPARTUM BLUES PADA WANITA POSTPARTUM DI HUNIAN TETAP KECAMATAN CANGKRINGAN DAERAH PASCA BENCANA ERUPSI MERAPI
SUCI NUGRAHENI, Dr. Dra. Sumarni DW., M.Kes
2014 | Skripsi | ILMU KEPERAWATANLatar Belakang: Erupsi Gunung Merapi yang terjadi di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 merupakan peristiwa yang bersifat traumatis. Sebagian besar warga yang terkena dampak erupsi direlokasi ke hunian tetap (huntap). Tinggal di huntap membuat stressor baru bagi ibu postpartum, salah satunya berkurangnya keintiman suami istri. Hal ini terjadi karena privasi antar pasangan menjadi terganggu, kurangnya waktu dengan pasangan, tidak adanya perhatian dari suami kepada ibu postpartum, dan sering terjadi konflik suami istri. Stressor psikososial ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keintiman suami istri dengan postpartum blues pada wanita postpartum di hunian tetap Kecamatan Cangkringan daerah pasca bencana Erupsi Merapi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Februari – April 2014. Pengumpulan data dengan pemberian kuesioner revisi skala keintiman perkawinan dan instrumen Edinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS), dengan jumlah sampel sebesar 35 responden yang diambil dengan teknik total sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa postpartum blues yang dialami oleh wanita postpartum di huntap Kecamatan Cangkringan sebesar 60%. Ada 65,7% wanita postpartum di huntap Kecamatan Cangkringan yang mengalami ketidakintiman suami istri. Terdapat hubungan yang bermakna antara keintiman suami istri dengan kejadian postpartum blues dengan p sebesar 0,02 (p<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara keintiman suami istri dengan kejadian postpartum blues pada wanita postpartum di hunian tetap Kecamatan Cangkringan daerah pasca bencana erupsi Merapi.
Background: Mount Merapi eruption that occured in 2010 was a traumatic incident. Most people affected by the eruption relocated to permanent shelter. Staying in permanent shelter create new stressors for postpartum mother, one of which reduced the marital intimacy. This happens because of privacy between couples become distracted, lack of time with the couple, the absence of a husband‟s attention to the postpartum mother and frequent marital conflict. This psychosocial stressors is one of the factors that influence the occurrence of postpartum blues. Objective: The purpose of this study was to determine relationship between the marital intimacy and postpartum blues in postpartum women in permanent shelter Cangkringan District post Merapi eruption disaster area. Method: The study was non experimental with cross sectional design. The study was conducted in February – April 2014. The collection of data by administering questionnaires revised marital intimacy scale and EPDS with a sample 35 respondents were taken with a total sampling technique. Data were analyzed using chi-square test. Result: The result of this study showed that postpartum blues experienced by postpartum women in permanent shelter Cangkringan District were 60%. There were 65,7% postpartum women in permanent shelter Cangkringan District that have lack of marital intimacy. There was significant association between marital intimacy and postpartum blues with p= 0,02 (p<0,05). Conclusion: There was association between marital intimacy and postpartum blues in postpartum women in permanent shelter Cangkringan District post Merapi eruption disaster area.
Kata Kunci : keintiman suami istri, postpartum blues, hunian tetap