ADAPTASI AGRI-FOOD SUPPLY CHAIN FRAMEWORK DALAM PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK HORTIKULTURA SUB-SEKTOR BUAH PISANG
AZIYZUL A ABDI, Dr. Ir. Endy Suwondo, DEA
2014 | Skripsi | TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANKonsep rantai pasok produk pertanian membutuhkan penanganan berbeda dari produk nonpertanian. Kabupaten Lumajang merupakan salah satu sentra penghasil buah pisang Mas dengan hasil yang telah mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal dan sebagian untuk pangsa pasar luar kota. Masalah yang dihadapi adalah masih belum jelasnya konsep manajemen rantai pasok yang diterapkan. Rantai pasok pisang Mas di Kabupaten Lumajang sebagaimana rantai pasok produk buah lain belum memiliki acuan kinerja sesuai karakteristik produk pertanian sehingga belum dapat diketahui seberapa baik kinerja rantai pasok tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan indikator kinerja yang dapat menjadi acuan pengukuran kinerja dan memperoleh gambaran kinerja rantai pasok selama ini. Agri-food Supply Chain Framework merupakan salah satu acuan pengukuran kinerja rantai pasok produk pertanian yang memuat empat kategori kinerja yakni: efisiensi, fleksibilitas, responsifitas, dan kualitas dengan berbagai indikator kinerja didalamnya. Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada skema agri-food supply chain yang diadaptasikan untuk rantai pasok pisang Mas. Responden yang dipilih terdiri dari petani, kelompok tani, distributor, dan grosir/ritel. Penelitian diawali dengan analisis bobot kepentingan indikator sesuai persepsi dan kondisi rantai pasok yang ada. Pengukuran kinerja selanjutnya dilakukan menggunakan indikator yang telah diseleksi berdasarkan bobot indikator dengan skala 5. Sembilan belas indikator yang dihasilkan untuk pengukuran kinerja rantai pasok buah pisang terbagi kedalam empat kategori utama. Bobot tertinggi diperoleh pada indikator laba (4,60) untuk efisiensi; indikator kepuasan konsumen (4,40) untuk fleksibilitas; indikator pemenuhan pesanan (4,16) untuk responsifitas; dan indikator kenampakan produk (4,54) untuk kualitas. Sementara itu kinerja tertinggi diperoleh indikator kenampakan produk (4,28) dan terendah pada indikator lead time (2,86). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa rata-rata kinerja rantai pasok buah pisang Mas di Kabupaten Lumajang masih kurang baik.
Agricultural-products supply chain requires different management than non-agri-products supply chain. Lumajang is one of banana Mas production centers which product output have been able to meet the needs of local market and in part to the market outside of the city. The problem faced is the conceptual supply chain management that applied in Lumajang had not evaluated yet. The banana Mas supply chain in Lumajang, like other fruit-products supply chain, doesn’t has a performance refference according to the characteristics of agricultural products so that the supply chain performance could not be monitored and improved yet. The aims of this study was to obtain performance indicators which could be a performance measurement refference and gain an overview of the supply chain performance over the years. Agri-food Supply Chain framework is one of the agricultural product supply chain measurement system which includes four performance categories namely: efficiency, flexibility, responsiveness, and quality with a range of performance indicators in it. This research was carried out by adjusting agri-food supply chain framework with banana Mas supply chains characteristic. Respondents were selected consisting of farmers, farmer groups, distributors, and wholesaler/retail. The study begins with an analysis of indicators importance scores based on respondent perceptions and conditions of the existing supply chain. Then, performance measurement performed using the indicators that have been selected based on the indicator importance scores with a scale of 5. Nineteen indicators were resulted for banana supply chain performance measurement are divided into four main categories. Highest importance scores obtained from indicator of profit (4.60) for efficiency; customer satisfaction (4.40) for flexibilty; fill rate (4.16) for responsiveness; and product appearance (4.54) for quality. While the indicator with best performance is product appearance (4.28) and worst is lead time (2.86). Based on those result, it can be concluded that the average performance of banana Mas supply chain in Lumajang is still not good.
Kata Kunci : agri-food supply chain framework, hortikultura, kinerja, pisang, rantai pasok.