Laporkan Masalah

MANUSIA GEROBAK

ERRYDNIA T.H, Drs. Suharman, M.Si

2014 | Skripsi | Sosiologi

Kehadiran manusia gerobak sebagai pemulung memang bukan hal yang baru. Dalam hal ini, manusia gerobak selalu berkaitan dengan gerobak berukuran 2 x 1 meter sebagai alat bantu dalam melakukan pekerjaannya sebagai pemulung. Pada siang hari mereka berjalan menelusuri jalan raya dan menuju satu tempat sampah ke tempat sampah lainnya. Pada malam hari mereka biasanya kembali ke tempat mereka biasa beristirahat denngan menggelar kardus dan mendirikan terpalnya sebagai alas dan atap tidur. Laporan penelitian ini merupakan sebuah kajian yang memfokuskan pada kehidupan masyarakat miskin di Ibukota, khususnya manusia gerobak di Kelurahan Cikini dan Gondangdia. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan teori, yaitu Teori Keruangan (Spatial Theory), Struktural Sosial dan Kebudayaan Kemiskinan. Ketiga teori yang digunakan sangat mempengaruhi cara pandang pemerintah ataupun masyarakat dalam upaya menangani penataan ruang kota dan penanggulan kemiskinan khususnya di ibukota. Di samping itu, pemerintah beranggapan bahwa manusia gerobak di nilai sebagai “penduduk gelap” yang tidak memiliki aturan dan ketentuan hukum (illegal) dan dapat mengganggu ketentraman serta kenyamanan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan kualitatif. Metode kualitatif merupakan sebuah metode yang disampaikan dalam bentuk narasi untuk menggambarkan dan menjelaskan secara detail dan jelas. Lokasi penelitian yang menjadi setting adalah sekitar kawasan Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Lokasi ini dipilih sebagai tempat melakukan penelitian, karena keberadaan manusia gerobak yang kerap berkeliling di kawasan Kelurahan Cikini dan Kelurahan Gondangdia, Jakarta Pusat. Temuan penelitian menunjukkan bahwa mnusia gerobak merupakan masyarakat miskin ibukota yang memiliki strategi sosial dan ekonomi agar tetap dapat bertahan hidup dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya, seperti: manusia gerobak memiliki pekerjan sebagai pemulung yang di mana mereka selalu membawa gerobak kemana pun mereka menelusuri jalanan. Hal ini dilakukan mereka setiap hari guna mendapatkan barang bekas yang biasa dikumpulkan untuk dijual dan hasil penjualan barang bekas tersebut mereka gunakan untuk membeli kebutuhan sehari – hari. Di sisi lain juga, sebagian diantara mereka juga memanfaatkan hubungan sosial dengan sesama manusia gerobak dan yang lebih sering lagi mereka biasa berhubungan dengan masyarakat sekitar tempat di mana manusia gerobak biasa singgah.

The presence of man cart as scavenger does is nothing new. In this case, human carts are always related to 2 x 1 meter as a tool in doing his job as scavenger. In the daytime they run track down the road and waste to go to one place the place of other rubbish. At night they are usually return to their quarter ordinary rest by holding cardboard and founded tarp tent as a pedestal and the roof of sleep. The report this research is a study focused on life in the capital, poor people especially of human beings of a cart in Kelurahan Cikini and Kelurahan Gondangdia. In theory, this research using approach which is the theory of space ( Spatial Theory ), Structural of Culture and Social Poverty. Third theory that used highly affected the way of view of the government nor the public in efforts to handle the spatial planning the city and construction of poverty, especially in the capital. In addition, the government assumes that, the man carts in value as “alien resident” that has no rules and the provisions of the law ( illegal ) and can interfere with tranquility and convenience of society and environment. An approach that is used in research are qualitative approach. The qualitative method is a method that is delivered in the form of a narrative to describe and explain in detail and clear. The location of the research setting is the approx area of Menteng Subdistrict, Central Jakarta. The site was chosen as a place of conducting research, because the existence of, the man carts which often around in the area of Kelurahan Cikini and Kelurahan Gondangdia, Central Jakarta. The findings research shows that, the man wagons is poor people the capital that has strategy social and economic to keep can survive in meet the needs of his routine, as: the man wagons having a job as a scavenger that in which they always bring a wagon wherever they track down the street. This made them every day to get the usual used goods collected to be sold and the proceeds used goods that they use to buy their needs of daily. The other side, they also use social relationships with fellow human cart and more frequent again they won’t touch with a community around a place where ordinary wagon man stopped.

Kata Kunci : kemiskinan, manusia gerobak, pemulung, gelandangan, bertahan hidup.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.