Laporkan Masalah

Dinamika Konstruksi Nilai Kelompok Pelajar Sekolah Menengah Atas Yogyakarta (Studi Fenomenologis Konstruksi Nilai Kelompok Pada GNB di SMA Negeri 6 Yogyakarta)

DYARA RADIANING ANGGITA, Dewi Cahyani P., S.Sos, MA.

2014 | Skripsi | Sosiologi

Fenomena geng pelajar khususnya di Yogyakarta pada masa-masa silam seringkali diketengahkan dengan tema-tema deviannya. Hal ini menjadi menarik manakala menelisik lahirnya para pelaku tindakan tawuran ini justru dari lingkungan akademis yaitu sekolah. Pada kesempatan ini peneliti mencoba memotret secara spesifik terkait bagaimana para siswa Sekolah Menegah Atas (SMA) yang masuk ke dalam kelompok atau geng ini mengkonstruksi nilai ke dalam dirinya. Salah satu kelompok yang terkenal dengan tingkat kekerasannya yang tinggi adalah GNB, sebuah geng yang hadir dari SMA Negeri 6 Yogyakarta. GNB disini dipahami memiliki banyak arti seperti Gerakan Non Bodjo, Gerakan Non Blok, dan Guyub Ngisor Beringin. Eksistensi kelompok ini muncul sejak tahun 1995 dan berakhir di tahun 2010 melalui pembubaran secara tertutup oleh para alumninya. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana refleksi kritis di dunia pendidikan dalam menelaah kasus-kasus geng pelajar melalui perspektif yang berbeda sehingga pendekatan yang digunakan bersifat preventif dan seyogyanya disesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya ada di lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Fenomenologi bertujuan untuk melihat secara lebih jauh tentang apa yang berada di balik sebuah realitas sehingga bukan hanya sekedar melihat dari aras permukaan yang tampak. Melalui metode ini peneliti kemudian dapat memasuki dan mempelajari dunia individu yang terdiri dari struktur pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda tanpa melakukan intervensi benar atau salah pemahaman individu tersebut. Secara khusus, penelitian ini menggunakan jenis fenomenologi transendental yang lebih memfokuskan pada pengalaman narasumber dan meminimalisir interpretasi peneliti. Selain itu penelitian ini juga memadukan metode historis sebagai salah satu cara dalam melakukan telaah rekam jejak perjalanan kelompok mengingat eksistensi GNB yang telah hilang saat ini. Rentang angkatan yang diteliti dimulai dari periode tahun 1995 hingga 2010. Temuan yang berhasil diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa dalam mengkonstruksi nilai-nilai kelompok terdapat dinamika yang kemudian membedakan persepsi antar individu satu angkatan dengan angkatan yang lain. Terlebih ketika dikaitkan dengan konsep tawuran yang dijadikan sebagai kekuatan komunal dalam GNB. Artinya dalam memaknai GNB baik dari segi identitas, nilai, maupun fungsinya, tiap angkatan memiliki kerangka pemaknaan yang berbeda. Meskipun pada akhirnya heterogenitas tersebut bermuara kepada satu garis besar, yaitu solidaritas. Ketika dihubungkan dengan keberadaan GNB di lingkungan sekolah memiliki pengaruh pada penyelenggaraan kegiatan kesiswaan di ranah organisasi. Salah satunya adalah mobilisasi suara saat pemilihan ketua OSIS sebagai salah satu opsi yang secara konsisten terus berlangsung dari tahun ke tahun. Aksi ini dilakukan sebagai strategi agar para siswa GNB dapat masuk ke ranah formal untuk mengontrol berbagai kebijakan yang disusun pihak sekolah sehingga diharapkan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta secara keseluruhan.

The phenomenon of student gang in Yogyakarta in the past time was often discussed as the deviation and violence. It is quite interesting when we discuss how this phenomenon comes from students, especially school which is believed as the institution to educate people. From this opportunity, researcher would like to look over specifically how these high school students who get involved in gang activities construct the values to themselves. One of the famous gang with high violence act is GNB, a student gang from 6 Senior High School Yogyakarta. GNB is well known as many meaning like Gerakan Non Bodjo, Gerakan Non Blok, and Guyub Ngisor Beringin. The group existed since 1995 and ended in 2010 by the former students before. This research is aimed to be the reflection in education institution to see student gang cases from different perspective. So that to avoid violence and crime in school can use the preventive way and based on the condition in the field. The method that is used here is phenomenology. Phenomenology is aimed to see further about what is inside the reality so what is seen and understood not only the visible thing. By this method, researcher can also get involved and learn the world of other people who has the different construction and life experience without doing intervention whether it is the wrong or the right thing. As a special case, this research used trancendental phenomenology that focused on the experience of the people as the main object and minimize the interpretation from the researcher herself. Besides, this research also combines the historical method as one of the way in searching for the journey from the beginning to the ending of the group. The result of this research shows that there is the dynamics in constructing group values, so that every member has the different perception year by year. Furthermore, when fighting (tawuran) becomes the main concept as the collective strength of GNB. It means that in understanding GNB from the perspective of identity, values, and function, every year the student has different understanding. Although, at the end heterogenity through one main line, solidarity. The existence of GNB in the school area, 6 Senior High School, has the impact to the student’s activities in the organizations. For example, when the election of the OSIS leader is held. They usually provoke to do some hidden campaign ensuring that every student vote the people they (GNB) choose. This has been the strategy for GNB to get involved in formal organization’s activities. They expect to control the rules and decision that are made by the school so the student’s needs can be fulfilled better

Kata Kunci : kelompok pelajar, dinamika, pemaknaan, mobilisasi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.