EVALUASI PELAKSANAAN CODING PENYAKIT OLEH DOKTER DAN PERAWAT BERDASARKAN UNSUR MANAJEMEN (5M) DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II YOGYAKARTA

MAHRIZAL R. A. GANI, Nuryati, S.Far, MPH.

2014 | Tugas Akhir | D3 REKAM MEDIS

Latar Belakang :Pelayanan kesehatan tingkat pertama menjadi tanggung jawab puskesmas, di dalamnya terdapat tenaga kesehatan yang memiliki tugas pokoknya masing-masing termasuk di dalamnya dokter dan perawat yang bertugas untuk melayani dan mengobati pasien. Selain itu tenaga dokter dan perawat juga melakukan klasifikasi dan kodefikasi terhadap suatu diagnosis penyakit meskipun hal itu bukan merupakan kompetensinya melainkan kompetensi seorang perekam medis. Serta belum dibuatnya SOP terkait pelaksanaan coding. Metode Penelitian :jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian fenomenalogi. Subyek yang digunakan peneliti yaitu perawat dan dokter di bagian pelayanan umum, perawat di bagian pelayanan gigi, dan staf di bagian Tata Usaha. Sampel data yang digunakan adalah data 95 kode diagnosis pada SIMPUS. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil : Pada unsur man, pelaksanaan coding penyakit dilakukan oleh tenaga kesehatan dokter dan perawat yang belum mendapatkan pelatihan terkait klasifikasi penyakit yang benar dan kekurangan petugas pada bagian pengobatan umum. Unsur money tidak ada pemberian reward kepada petugas sebagai motivasi peningkatan kerja. Pada unsur material, tidak terdapat kendala yang berarti pada penulisan diagnosis di berkas rekam medis pasien. Pada unsur machine, terdapat kendala yang dialami petugas dalam penggunaan SIMPUS serta data kode SIMPUS yang kurang spesifik seperti pada ICD-10 berpengaruh terhadap hasil coding petugas. Pada unsur method, instruksi kerja atau SOP tertulis yang jelas terkait pelaksanaan coding penyakit belum dibuat sehingga petugas tidak memiliki acuan tetap dalam bekerja. Tingkat keakuratan kode diagnosis dikelompokkan kedalam kriteria A sebesar 29,48%, kriteria B sebesar 49,47%, dan kriteria C sebesar 21,05%

Background: Primary health services are the responsibility of health centers, in which there are health professionals who have their main duty each including doctors and nurses on duty to serve and treat patients. Besides doctors and nurses also perform classification and codefication against a diagnosis of a disease even though it is not competence but competence of a medical recorder. As well as the SOP has not been made regarding the conduct of coding. Methods: This was a descriptive type of research with a qualitative approach. The study design used is fenomenalogi research. Subjects who used researchers that nurses and doctors at the public service, the nurse at the dental services, and staff in the Administration section. Sample data is the data used in SIMPUS 95 diagnosis codes. Data collection techniques used were interviews, observation, and study documentation. Results: In the element of man, the implementation of disease coding is done by trained doctors and nurses who have not received training related to the correct classification of diseases and shortage of officers in the general treatment. Elements provides no reward money to the officer as increased work motivation. In the material elements, there are significant constraints on the writing of the diagnosis in the patient's medical record file. On machine elements, there are constraints experienced officers in the use of data and code SIMPUS SIMPUS less specific as to the ICD-10 coding results influence the officers. In element method, work instructions or SOPs are clearly written on the implementation of disease coding has not been made so that the workers do not have a fixed reference in the work. The accuracy of the diagnosis code criteria are grouped into A by 29.48%, amounting to 49.47% B criteria, and criteria C of 21.05%

Kata Kunci : coding, dokter, perawat, SIMPUS, kode diagnosis, SOP