Laporkan Masalah

REKONSTRUKSI DAN PERBANDINGAN CERITA RAKYAT KI AGENG MANGIR

DHANU SETIAWAN, Dr. Wisma Nugraha Ch. R., M.Hum.

2014 | Skripsi | SASTRA NUSANTARA

Cerita rakyat Ki Ageng Mangir adalah cerita yang populer di masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta. Cerita Ki Ageng Mangir diturunkan antargenerasi dengan budaya lisan, terutama daerah-daerah yang memiliki kedekatan khusus dengan kerajaan Mataram dan Ki Ageng Mangir sendiri. Cerita rakyat Ki Ageng Mangir menceritakan tentang Ki Ageng Mangir yaitu tokoh masyarakat di daerah Mangir yang berselisih dengan Raja Mataram yaitu Panembahan Senopati. Inti dari penelitian ini adalah perbandingan versi hasil rekonstruksi cerita rakyat Ki Ageng Mangir dari dua daerah yang berbeda, kemudian membandingkan dengan teori struktural naratif Seymour Chatman. Rekonstruksi cerita disusun dari hasil transkripsi wawancara di Desa Mangir sebagai asal cerita dan Pleret sebagai salah satu daerah yang dianggap memiliki kedekatan dengan Kerajaan Mataram. Hasil dari penelitian ditemukan perbedaan dan persamaan di antara cerita rakyat Ki Ageng Mangir dari Pleret dan Mangir. Persamaan terlihat pada kernel I, II, III, IV, IX, dan XI, pada bagian awal cerita ditemukan banyak persamaan. Perbedaan terlihat pada kernel IV, VI, VII, VIII, X, XII, XIII, dan XIV. Persamaan banyak ditemukan pada awal cerita. Panembahan Senopati ingin agar Mangir takluk pada Mataram, maka ia menyusun strategi yang melibatkan putrinya yaitu Pembayun. Ki Ageng Mangir akhirnya menjadi menantu Panembahan Senopati, dan harus menghadap ke Mataram. Perbedaan mulai terlihat dari peran Pembayun, pelaksanaan strategi penaklukan, dan bagian akhir dari cerita yang berkaitan dengan pemakaman Ki ageng Mangir.

Ki Ageng Mangir is a popular folklore in Javanese community, especially in Yogyakarta. Ki Ageng Mangir story passed down between generations orally, especially in regions that have a special relation with the kingdom of Mataram and Ki Ageng Mangir himself. The legend of Ki Ageng Mangir who was the leader of Mangir who oppose the king of Mataram is Panembahan Senopati . The core of this study is the comparison of the reconstructed version the legend of Ki Ageng Mangir from two different areas, then contrasting both of them by using structural theory of narrative by Seymour Chatman. The reconstruction of stories compiled as the results of the interview in Mangir Village as the origin of the story and Pleret as one of the areas considered to be closely related with the Kingdom of Mataram. The results show the differences and similarities between folklore Ki Ageng Mangir of Pleret and Mangir. The similiarity is on the kernel I, II , III , IV , IX , and XI ,especially in the early part of the story. The differences can be seen in the kernel IV , VI , VII , VIII , X , XII , XIII , and XIV. Similarities are found at the beginning of the story. Panembahan Senopati wanted Mangir to succumbs to Mataram, so he drafted a strategy that involves his daughter Pembayun. Ki Ageng Mangir Panembahan Senopoati eventually became his son in law, and must face Mataram. Discrepancies began to appear from Pembayun role, the implementation of the strategy of conquest, and the end of the story related to the funeral of Ki ageng Mangir.

Kata Kunci : Cerita rakyat, rekonstruksi, perbandingan, kernel, satellite.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.