Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan tubektomi pada pasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Purbalingga

FAOZI, Much. Umar, Prof.dr. M. Hakimi, SpOG.,PhD

2001 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sebagai satu paradigma baru hash dari Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan salah satunya adalah terbentuknya konsep terhadap penempatan hak-hak reproduksi bagi perempuan dalam kaitannya dengan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB). Dalam kaitan ini bahwa tingkat kesertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam pemakaian kontrasepsi tubektomi relatif masih rendah, tercatat bahwa di Propinsi Jawa Tengah hanya 6,63% dari total pemakaian kontrasepsi. Dan sebagai kendalanya diantaranya adalah persepsi yang cenderung negatif terhadap tubektomi dan terbatasnya aksesibilitas pelayanan kontrasepsi tubektomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor pengetahuan, persepsi, pendapatan, sikap petugas KB, frekuensi pertemuan dengan petugas KB, serta dukungan sosial dalam hubungannya dengan pemilihan kontrasepsi tubektomi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui hubungan antara pengetahuan, persepsi, pendapatan PUS dengan pemilihan kontrasepsi tubektomi, 2) mengetahui hubungan antara sikap petugas KB dan frekuensi pertemuan dengan petugas KB dengan pemilihan tubektomi, 3) mengetahui hubungan dukungan sosial dengan pemilihan tubektomi. Rancangan penelitian ini adalah non eksperimental dengan pendekatan cross sectional dengan memakai tehnik survai, dan analisis dilakukan secara kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Purbalingga, dengan populasi Pasangan Usia Subur (PUS), pemakai kontrasepsi, mempunyai anak minimal 2 orang. Tehnik pengambilan sampel adalah multistage random sampling untuk analisis kuantitatif dan uji statistik yang digunakan dengan Chi-square dan Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, persepsi, sikap petugas dan dukungan sosial merupakan faktor yang memiliki hubungan dengan pemilihan tubektomi (p<0,05), sedangkan pendapatan dan frekuensi pertemuan dengan petugas secara statistik tidak terbukti sebagai faktor yang berhubungan dengan pemilihan tubektomi (p>0,05). Alasan PUS memilih kontrasepsi non tubektomi adalah sudah cocok, tempat pelayanan mudah, tidak mendapat ijin suami bila menggunakan tubektomi, menginginkan anak lagi, larangan agama dan memiliki perasaan takut terhadap kontrasepsi tubektomi. PUS yang memilih tubektomi memiliki alasan bahwa tubektomi aman dari kehamilan, tidak menginginkan punya anak lagi dan murah.

One of the new paradigms from the International Conference on Population and Development is the concept of reproduction right for female in relation to reproduction and family Planning. The level of participation among eligible couples in the use of tubectomy contraception is still low as in Central Java, it is only 6.63% of the total contraception use. One of the problems is negative perception of tubectomy and its limited acces to tubectomy service. This study is in general aimed at finding out factors of knowledge, perception, staff attitude, frequency of meeting mith Family Planning service staff, and social support for choosing tubectomy. Specifically this study was aimed at 1) finding pout the relationship between knowledge, perception and eligible couples income, one the one hand and choosing tubectomy contraception; 2) finding out the relationship between aspect of staff attitude, and frequency of meeting and family.planning service staff and choosing tubectomy; 3) finding out the relationship between social support and choosing tubectomy. This was a non-experimental study using cross-sectional method with survey technique. Analysis was done quantitatively. This study was done in Purbalingga regency with eligible couples who were contraception users and had minimum than two children. Samples were taken using multistage random sampling for quantitative analysis while chi-square and logistic regression was used for statistical test. The results showed that knowledge, perception, staff attitude, and social support were factors that had relationship with the choice of tubectomy (p<0.05), while income and frequency of meeting with staff statistically were not proved as factors related with the choise of tubectomy (p>0.05) eligible couples chose nontubectomy contraception because it was appropriate, the service location was easy, they did not get any approval from their husbands if they choose tubectomy, they might want to get more children, it was forbidden by their religion; and they were afraid to use tubectomy contraception. Some eligible couples choose tubectomy because tubectomy was safe from pregnancy, they did not want to get more children and it was easy.

Kata Kunci : Pengetahuan, Persepsi, Pendapatan, Sikap Petugas, Frekuensi Pertemuan, Dukungan Sosial, knowledge, perception, income, staff attitude, attendance, social support