ANALISIS STRUKTURAL DAN AMANAT NOVEL SUNDARI KARYA OSKANDAR R
YASSINTA NURLITA SARI, Drs. Akhmad Nugroho, S.U
2014 | Skripsi | SASTRA NUSANTARANovel Sundari merupakan salah satu novel panglipur wuyung. Novel panglipur wuyung adalah cerita untuk menghibur hati yang sedang dirundung kesedihan. Novel Sundari adalah karya Oskandar R yang diterbitkan oleh Rangkah Mas Surabaya pada tahun 1966. Novel ini menggunakan bahasa Jawa ngoko pada percakapan antar tokohnya. Novel ini berkisah tentang seorang pemuda miskin yang berpendidikan yang mencintai gadis yang sangat muda dan kaya. Mereka menjalani hubungan cinta dan pada akhirnya mereka menunda pernikahan karena usia mereka masih muda dan demi profesi pemuda sebagai guru di Papua. Novel ini dikaji dengan menggunakan analisis struktural menurut Robert Stanton yang meliputi tema, fakta cerita (karakter, alur, dan latar), dan sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi) serta amanat. Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah dengan menentukan bahan kajian, lalu merumuskan masalah dan mencari bahan pendukung dari berbagai sumber untuk memperkuat penelitian, kemudian menganalisis bahan kajian dengan menggunakan teori struktural, lalu pada akhirnya mengambil kesimpulan. Hasil analisis struktural dalam novel Sundari yaitu novel ini bertemakan tentang sebuah komitmen untuk tetap menjalin cinta dan menunda pernikahan demi cita-cita. Tokoh utama dalam novel ini adalah Sundari dan Pramono, tokoh tambahannya yaitu Waluyo serta Bapak dan Ibu Hadiseputro. Cerita dalam novel ini berlatar tempat di Solo dan dengan latar waktu pada tahun 1966. Alur yang digunakan adalah alur maju. Sarana sastra yang terdapat pada novel Sundari yaitu judul novel yang diambil dari nama tokoh utama novel yaitu Sundari. Sudut pandang dengan menggunakan bentuk “aku†sebagai pencerita. Gaya dan nada yang banyak berupa kalimat perumpaan dan kalimat romantis, serta diselipkan humor sebagai penyegar cerita. Simbolisme yang tergambar dari tokoh wayang sebagai cerminan sifat para tokoh dalam novel Sundari. Lalu, ironi yang ditunjukkan oleh Pramono ketika ia harus berangkat ke Papua untuk menjadi guru, tetapi harus berpisah sementara dengan Sundari dan menunda pernikahan. Terakhir, sebuah karya sastra selalu menyelipkan sebuah pesan dan amanat yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca tentang kehidupan, yaitu pendidikan adalah hal yang utama dan tidak tergesa-gesa untuk menikah karena komitmen dalam sebuah hubungan cinta.
Sundari’s novel is included of one of panglipur wuyung novel. Panglipur wuyung is a story contains a consolation which has a purpose to entertain a wistful heart. The Sundari was written by Oskandar R and was published by Rangkah Mas Surabaya in 1966. The novel uses ngoko Javanese as the language used by the characters in the story. This story of this book is told that an educated yet poor man who falls in love with a young rich girl. They went in a relationship, but unfortunately, they had to postpone their marriage since both of them were still at such young age and also the man needed to catch his profession title as a teacher in Papua. The novel was analyzed using Robert Stanton‟s structural analysis including theme, story facts (character, plot, and setting) and the literary device (title, point of view, style and tone, symbolism, and irony) and coda. The research underwent several stages begun with determining the research material, formulating the problems, finding additional materials to support the analysis, and analyzing the research problems using the structural analysis to draw final conclusion. The analysis results showed that the novel has the theme of commitment to love and postponing marriage for the sake of dream. The protagonists are Sundari and Pramono, along with the other characters Waluyo, and Mr. and Mrs. Hadiseputro. The story takes place in Solo in 1966 and goes in forward plot. Regarding the literary device, the title Sundari refers the name of the protagonist, Sundari. The story was written in first-person point of view using “aku†as the narrator. In regards to style and tone, the novel uses a lot of metaphors, romantic sentences, and some jokes. The resemblance of the novel‟s characters with those of Javanese puppet stories is the symbolism found in the novel. Furthermore, the irony is shown by Pramono who has to go to Papua becoming a teacher, making him live separately from Sundari and postpone their marriage. Finally, a literary work always tries to convey a message or coda to the readers about life. This novel tells us that education is primary and there is no need to rush to the altar when the love is based on a strong commitment.
Kata Kunci : Novel Sundari, panglipur wuyung, analisis struktural.