Laporkan Masalah

Analisis Biaya Manfaat Taman Kuliner Condongcatur, Depok Sleman Yogyakarta

Nur Fitri Mutmainah, Dr. Nunuk Dwi Retnandari

2014 | Tesis | S2 Magister Adm. Publik

Agenda utama pembangunan saat ini dititik beratkan pada pengembangan ekonomi lokal daerah. Kabupaten Sleman melalui kebijakan pembangunan Taman Kuliner yang bertujuan sebagai kawasan relokasi bagi pedagang kaki lima berupaya menjadikan kawasan tersebut sebagai salah satu potensi kegiatan ekonomi lokal. Tujuan yang baik tersebut ternyata tidak serta merta berjalan dengan lancar. Berdasarkan penelitian terdahulu serta pengamatan langsung yang penulis lakukan dilokasi, kawasan Taman Kuliner mengalami penyusutan dari tahun ke tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut penting bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Biaya Manfaat Taman Kuliner Condongcatur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam analisis biaya manfaat suatu kebijakan dikatakan baik dan berhasil apabila kebijakan tersebut dapat memberikan manfaat lebih besar dari pada biaya yang telah dikeluarkan. Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa terdapat tiga aktor yang berperan penting dalam kebijakan pembangunan Taman Kuliner yaitu Pemerintah Kabupaten Sleman, masyarakat penyewa kios dan masyarakat sekitar kawasan Taman Kuliner. Adapun dari ketiga aktor tersebut menunjukkan adanya biaya manfaat yang dikeluarkan dan diterima sebagai konsekuensi dari adanya Taman Kuliner. Bagi Pemerintah Kabupaten Sleman biaya yang dikeluarkan berupa biaya investasi pembangunan sebesar Rp. 3,5 Milyiar dan operasional pelaksanaan pada tahun 2012 sebesar Rp. 207.590.000,-. sedangkan manfaat yang diterima pada tahun 2012 sebesar Rp. 110.920.000,- . Adapun Net B/C bagi Pemerintah Kabupaten Sleman menunjukkan nilai negatif sebesar Rp. 271.670.000,-. Bagi masyarakat penyewa kios yang berjumlah 18 penyewa, biaya yang dikeluarkan berupa biaya modal untuk kegiatan usaha sebesar Rp. 289.716.000,- sedangkan manfaat yang diterima sebesar Rp. 347.400.000. Adapun Net B/C bagi masyarakat penyewa kios menunjukkan positif Rp. 57.684.000,-. Adapun biaya tidak langsung yang tidak dapat dihitung dengan uang bagi masyarakat sekitar berupa hilangnya mata pencaharian sebagian masyarakat. Sedangkan manfaat tidak langsung berupa penyerapan tenaga kerja dan ketersediaan sarana dan prasarana hiburan seni, budaya dan sosial bagi masyarakat. Berdasarkan asumsi perhitungan biaya manfaat diperoleh hasil bahwa penerimaan manfaat akan lebih besar jika dibanding biaya yang telah dikeluarkan jika penyewa kios aktif dan teratur melakukan kegiatan usaha di kawasan Taman Kuliner. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya fasilitas forum kerjasama antar stakeholders (pemerintah, sektor swasta dan masyarakat) sebagai sarana dialog untuk melakukan perencanaan program kegiatan bagi peningkatan ekonomi lokal.

The main agenda of current development is emphasized to the local economic development. Sleman regency chose Taman Kuliner as one of potential local economic activities aiming at relocating the sidewalk sellers. The previous goal is not easily achieved as what expected. Based on previous studies and direct observation by the writer, the Taman Kuliner decreases year by year. Therefore, the writer thinks that a research on Benefit Cost Analysis of Condongcatur Taman Kuliner is important to conduct. Qualitative descriptive methodology was employed in this research. In benefit cost analysis, a policy is said to be good whenever it gives greater benefit than the spent cost. The analysis of this research found that there are three actors performing important roles in the development of Taman Kuliner Condongcatur: Sleman regency government, stall tenants, and people surround the court. Of the actors, there was benefit cost which was spent and received as the consequence of Taman Kuliner existence. To Sleman regency government, the cost was spent for development investment was as much as Rp. 3.5 billion and operational realization in 2012 was as much as Rp. 207.590.00,-, while the received benefit in 2012 was as much as Rp. 110.920.000,- . The net benefit cost received by Sleman regency government was negative Rp. 271.670.000,-. To the stall tenants, consisting of eighteen people, the spent cost as the capital was as much as Rp. 289.716.000,- , while the received benefit was Rp. 347.400.000. The net benefit cost received by stall tenants was positive Rp. 57.684.000,-. The indirect cost which cannot be measured with money was the people’s losing job. The indirect benefits were labor force absorption and the availability of means and infrastructures of art and socio-cultural performance to the society. Based on the benefit cost calculation assumption, it was found that benefit will be received more than the spent cost if the stall tenants perform the economy activities actively and regularly in the Taman Kuliner. To be able to achieve the expected goal, a forum is needed: stakeholders (government, private entrepreneur, and society) are expected to have a dialog to plan the activity programs for local economy increase.

Kata Kunci : Taman Kuliner, Pengembangan ekonomi lokal, Analisis biaya manfaat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.