GAMBARAN POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS MATARAM PERIODE AGUSTUS – DESEMBER 2013
NI MADE GANETRI, Anna Wahyuni Widayanti, MPH.,Apt.
2014 | Skripsi | FARMASIPenyakit infeksi merupakan penyakit penyebab kematian kedua terbesar di negara – negara berkembang salah satunya di Indonesia. Berdasarkan studi mortalitas survei kesehatan rumah tangga tahun 2001 angka kematian akibat infeksi sekitar 174 kasus per 100.000 penduduk. Tingginya angka kejadian infeksi menyebabkan penggunaan antibiotik sebagai agen antiinfeksi yang tinggi pula, sehingga meningkatkan resiko terjadinya penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional secara terus menerus dapat meningkatkan kejadian resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola peresepan antibiotik dan memperoleh gambaran kesesuaian peresepan dengan pedoman yang diacu di Puskesmas Mataram. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, studi retrospektif dengan teknik random sampling. Resep yang dipilih adalah resep yang terdapat antibiotik pada bulan Agustus – Desember tahun 2013. Berdasarkan penelitian diperoleh 153 lembar resep antibiotik. Analisis data dilakukan untuk mengetahui penggunaan antibiotik yang paling banyak diresepkan, bentuk sediaan antibiotik yang paling banyak diresepkan, peresepan antibiotik pada bulan – bulan terpilih dan ketepatan penggunaan antibiotik dengan pedoman yang diacu. Berdasarkan hasil penelitian antibiotik yang digunakan di puskesmas adalah antibiotik generik. Antibiotik paling banyak diresepkan menurut struktur kimianya adalah amoxicillin 77,16%, bentuk sediaan antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah tablet 92,59%. Gambaran ketepatan peresepan antibiotik di Puskesmas Mataram pada bulan Agustus - Desember 2013 berdasarkan pedoman pengobatan dasar puskesmas tahun 2007 dan guideline WHO tahun 2001 berturut – turut adalah tepat indikasi (71,90%; 71,90%), tepat obat (74,55%; 74,55%), tepat pasien (100%; 100%), tepat dosis (98,78%; 98,78%), tepat frekuensi (98,78%; 92,68%), tepat durasi (17,07% ; 7,32%).
Chitosan is a natural polymer and it is biodegradable polysaccharide, nontoxic, unfold tight junction, mucoadhesive and increase drug absorbtion. Long chains chitosan has properties that are less profitable, because of its poor solubility in water and high viscosity. Thus, in this research, chitosan chain scission with 150 kGy radiation dose of gamma rays. This study aims to produce GVT-0 nanoparticles using irradiated chitosan with ionic gelation method and tripolyphosphate as a crosslinker. Characterization of Gamma-rays irradiated chitosan are organoleptic, determination of its viscosity, and degree of deacetylation, meanwhile the characterization of GVT-0 nanoparticles include particle size, particle size distribution, morphology of nanoparticles, and entrapment efficiency. The results showed that the irradiated chitosan has more brownish color flake, lower viscosity (2,26 ± 0,12 cP) and higher degree of deacetylation (65,230%) compared with non-irradiated chitosan (viscosity: 86,78 ± 4,008 cP and a degree of deacetylation: 65,230%). Irradiated chitosan can produce GVT-0 nanoparticles that has better characteristics than non-irradiated chitosan. GVT-0 nanoparticles produced by irradiated chitosan has smaller particle size (48,967 ± 4,126 nm), more uniform particle size distribution, spherical shape, but has lower entrapment efficiency (93,048% ± 0,033%) at the formula C2 with concentration of GVT-0: chitosan: TPP = 0,02% - 0,04% - 0,003%, compared with GVT-0 nanoparticles produced by non-irradiated chitosan.
Kata Kunci : antibiotik, pola peresepan, Puskesmas Mataram