KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI UPACARA ADAT HUS SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI PULAU ROTE, NUSA TENGGARA TIMUR
Dorce Juliance Mandala, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, MA, M.Phil.
2014 | Tesis | S2 Magister Kajian PariwisataPerkembangan dalam kehidupan bermasyarakat di pulau Rote berakibat pada semakin tergerusnya warisan-warisan budaya di antaranya berupa ritual-ritual maupun upacara-upacara adat. Upacara adat Hus sebagai salah satu warisan budaya di pulau Rote merupakan salah satunya yang mulai ditinggalkan secara perlahan. Hal ini menyebabkan pengenalan generasi muda pulau Rote akan budaya dan adat istiadatnya menjadi sangat minim. Oleh karena itu, penelitian terhadap potensi pengembangan upacara adat Hus sebagai salah satu atraksi wisata budaya penting dilakukan untuk dapat memperkenalkan atraksi budaya di pulau Rote, selain potensi wisata pantai dan baharinya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui secara rinci tentang upacara adat Hus dan prosesinya, mengidentifikasi potensinya sebagai atraksi wisata budaya, dan merumuskan strategi untuk pengembangannya. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, di mana data-data yang dikumpulkan yaitu dengan teknik studi pustaka, observasi, dan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan dan pengembangan upacara adat Hus. Data yang diperoleh dianalisis secara iteratif (berkelanjutan) dan dikembangkan sepanjang proses penelitian. Proses analisa data yang diperoleh meliputi reduksi (penyederhanaan), klasifikasi (pengelompokan), dan verifikasi untuk menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara adat Hus adalah sebuah pesta rakyat berupa pawai kuda berhias, perlombaan ketangkasan berkuda, serta makan dan menari bersama yang diikuti oleh pemilik kuda di seluruh wilayah pulau Rote. Sedangkan potensi upacara adat Hus berdasarkan empat variabel yaitu keunikan: pawai kuda, sorakan/eki, topi ti’ilangga, tarian kakamusu, foti, dan kebalai, sasando, dan perlombaan-perlombaannya. Keindahan: pakaian dan atribut penari, kuda berhias. Keagamaan: fungsinya sebagai ungkapan syukur. Keilmiahan: dalam pemilihan waktu penyelenggaraan. Dalam penyelenggarannya, ditemukan beberapa kendala seperti waktu pelaksanaan, akses, lokasi, manajemen, promosi, dan kurangnya keterlibatan masyarakat. Oleh karena itu, strategi yang dapat dirumuskan yaitu pelestarian dan pengembangan atraksi Hus; pengembangan industri pendukung pariwisata; pengembangan fasilitas dan infrastruktur; pengembangan kelembagaan, SDM, dan partisipasi masyarakat; dan pengembangan investasi dan pemasaran. Tidak hanya itu, dibutuhkan juga dukungan dari pemerintah dimana pemerintah berperan dalam merintis, memotivasi, memfasilitasi, dan melakukan pendampingan dalam pengembangan pariwisata.
Development in social life of Rote Island resulted in the marginalization of some cultural heritages such as rites and traditional ceremonies. Hus traditional ceremony is one of the cultural heritages that begin to extinct. It causes the young generations of Rotenese to have little knowledge of their culture. Therefore, a research toward the potency development of Hus traditional ceremony as a cultural tourism attraction is needed to introduce a cultural attraction in Rote Island, beside its recognized beach and maritime tourism. The objectives of this research were to find out about Hus traditional ceremony and its procession, to identify its potencies as a cultural tourism attraction, and to formulate strategies to develop it. The method used in this research was descriptive method with qualitative approach where the data were taken used the library research, observation, and interview method toward those whom took part directly or indirectly in the event and in the development of it. The acquired data were analized continuously and were developed during the research process. The process of data analyzing covered data reduction (data simplification), classification, and verification to draw conclusions. The result of the research showed that Hus traditional ceremony was a social festival of decorated horses’s parade, horse skills races, and eating and dancing together. The potencies of Hus traditional ceremony based on four variabels were as follows. Uniqueness: horse parade, shouting/eki, the traditional ti’ilangga hat, the traditional dances such as kakamusu, foti, and kebalai, traditional music instrument sasando, and its races. Aesthetics side: outfit of the horsemen and the dancers, the decorated horses. Religious side: its function as a thanksgiving festival. Scientific side: in its timing of festival. In its whole procession, there were some found problems such as the timing, the access, the location, the attraction’s management, the promotion, and the lack of people’s participation. Therefore, strategies that could be implemented were to preserve and to develop Hus attractions; to develop tourism industries; to develop tourism facilities and infrastructures; to develop structure of organization, human resources, and people’s participation; and to develop tourism investment and marketing. To add, supports from the government were also needed in pioneering, motivating, facilitating, and assisting the development of tourism.
Kata Kunci : pariwisata budaya, atraksi wisata budaya, upacara adat Hus, pengembangan potensi, strategi pengembangan