Dari Sentiling 1914 sampai SMA 1 Semarang Menimbang Ideologi Visualitas Sebuah Lanskap
Titus Soepono Adji, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang
2014 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan MediaKoloniale Tentoonstelling Semarang, 1914 atau “Pameran Kolonial Sentilingâ€, adalah sebuah pameran dagang dan kebudayaan terbesar di Hindia Belanda.Peristiwa ini sulit ditemukan jejaknya karena seluruh venue langsung dibongkar setelah acara usai dan sedikit sekali catatan sejarah mengenai peristiwa ini. Hal ini membuat warga Semarang saat ini tidak punya memori tentang event ini, walaupun dalam sejarah bisnis event ini mengukuhkannama besar Semarang sebagai kota bisnis paling prestisius dalam sejarah. Saat ini, di bekas event tersebut berlangsung, berdiri SMA 1 Semarang, sebuah sekolah yang sangat bergengsi.Uniknya, merujuk pada dokumentasi fotografi Pameran Kolonial, ternyata terindera banyak obyek yang identik diantara dua lanskap berbeda masa tersebut.Keidentikan ini berpotensi memunculkan memori serta visualitas tentang kebesaran dan gengsi yang didemostrasikan dari kedua lanskap. Penelitian ini menggunakan dokumentasi fotografi untuk mengoleksi memori dari visualitas warga SMA 1 Semarang dalam praktek keseharian pada lanskap ex lokasi pameran.Penelitian ini dianalisa melalui studi studium dan punctum yang diperkenalkan Roland Barthes.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pertanyaan penelitian tentang kesadaran sivitas SMA 1 Semarang atas praktik ‘Ideologi Nama Besar’ sekolah. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang bagaimana hegemoni bekerja dan dipraktekkan dalam mewujudkan ‘Ideologi Nama Besar’ melalui agen-agen yang menggunakan dan memiliki kepentingan atas lanskap tersebut.
Koloniale Tentoonstelling Semarang, 1914 or “Sentiling, Colonial Expo†is the largest trade and cultural expo ever held in Dutch Indies. The venues were dismantled after the exhibition was endedand now the historical record was very limited. It made Semarang people have no memories about this expo, although this expo made Semarang as a most prestigious business city in history. Today, in place of such event ever tookplace, used as the one of the most popular senior high school in Semarang. Since the photos documentation of this expo, it is interesting to know that a lot of objects in SMA 1 Semarang are like objects in Koloniale Tentoonstelling. This knowledge could bring up the memories about the greatness and the prestige of the landscapes. This research uses photos documentations’ expo to collects the memories from people of SMA 1 Semarang during their daily practices in the landscape of the former site. This research uses ‘studium’ and ‘punctum’, a method that introduced by Roland Barthes. It meant to reveal the research question about the people of SMA 1 Semarang awareness about the practice of ‘the great name ideology’ of their school. Finally, this research expected to gives overview about the operation and practices of hegemony to actualizing ‘the great name ideology’ through the agents that use and have interest of the landscape.
Kata Kunci : Pameran Kolonial, Praktik Keruangan, Visualitas, Ideologi dan Hegemoni.