KONSTRUKSI IBUISME DALAM NOVEL KINANTI KARYA MARGARETH WIDHY PRATIWI
YUNITA ERNAWATI, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA.
2014 | Tesis | S2 SastraPenelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kehidupan sosial kaum perempuan yang telah dihadapkan dengan pilihan yakni mendahulukan urusan publik atau urusan domestik. Pilihan tersebut menyulitkan perempuan yang telah menyandang status ibu atau istri dalam sebuah isntitusi berupa keluarga. Kesulitan tersebut terjadi ketika perempuan lebih memilih untuk mengutamakan peran publiknya. Sedangkan masyarakat itu sendiri telah mempunyai konsep mengenai perempuan. Konsep tersebut adalah seorang perempuan mempunyai peran lebih utama yakni menjadi seorang ibu atau istri yang mengurus segala urusan domestik. Fenomena tersebut di atas terepresentasi melalui karya sastra berupa novel. Novel tersebut adalah Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi. Adapun permasalahan yang muncul dari latar belakang yang terepresentasi dalam novel Kinanti tersebut adalah konsep ibu yang seperti apa yang direpresentasikan dalam novel Kinanti dan mengapa konsep ibu tersebut masih dilanggengkan oleh Margareth Widhy Pratiwi selaku pengarang. Permasalahan tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Ibuisme Julia Suryakusuma, yang didalamnya membagi peran perempuan sebagai ibu dan sebagai ibu rumah tanga yang mana terdapat konsep-konsep perempuan sebagai ibu ideal. Melalui korpus data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat ataupun paragraf yang menunjukan bentuk kosntruksi ibuisme, tindakan-tindakan perempuan yang dilakukan oleh perempuan, pandangan masyarakat dalam novel maka dapat diperoleh konsep ibu yang ideal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dewasa ini, perempuan memiliki peran ganda yaitu sebagai istri atau ibu dan wanita karier. Sebagai seorang perempuan yang mempunyai kodrat melahirkan, maka pastinya ia memiliki jiwa keibuan. Melalui jiwa keibuan yang melekat dalam diri perempuan, maka perempuan tidak akan sepenuhnya meninggalkan urusan domestiknya. Sedangkan sebagai perempuan yang memiliki peran sebagai pengelola rumah tangga, maka ia bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan rumah tangganya. Hal tersebut yang membuat perempuan bergerak ke ranah publik. Masyarakat mengharapkan bahwa ranah publik digunakan sebagai tempat mengaktualisasikan diri selama hal tersebut dapat memberikan kontribusi positif bagi keluarga. Dengan adanya kesadaran, rasa tanggung jawab dan toleransi yang dimiliki perempuan maka akan tercipta rumah tangga serta keluarga yang harmonis. Kesadaran gender menjadi penting bagi setiap perempuan dalam menjalankan perannya dalam keluarga. Ibu yang ideal dikonsruksikan sebagai perempuan yang lebih mengurus urusan rumah tangga sekalipun ia telah memilih untuk aktif dalam ranah publik. Kata Kunci : konstruksi ibuisme, kesadaran gender, ranah publik dan ranah domestik.
This research departs from the social phenomenon in which women are forced to make a choice between prioritizing public or domestic affairs. This choice is a difficult one for women who hold the position of wife and mother in the institution known as a family. This difficulty arises when such women decide to focus on their public affairs, whereas society has already established its own concept regarding womanhood: a woman should prioritize her domestic role as a mother and wife, taking care of all household necessities. This phenomenon is represented in numerous novels, including Margareth Widhy Pratiwi’s Kinanti. Questions arising from this background are how the concept of motherhood is represented in Kinanti, and why that concept is reproduced by Margareth Widhy Pratiwi, the author. These research questions have been investigated using Julia Suryakusuma’s concept of Ibuisme (mother-ism), which discusses the construction of women’s roles as mothers and housewives, as well as the ideal manifestations of these roles according to society. Through the compiled data, including words, sentences, and paragraphs showing how the ideal of motherhood is constructed, as well as women’s actions and society’s opinions, the ideal concept of a mother can be understood. Research indicates that women currently hold dual roles, as wives/mothers and as career women. As women are expected to give birth to a child, they are expected to have maternal instincts, maternal instincts which are expected to keep women (at least partially) in the domestic arena. In their role as housewives, women are held responsible for the smooth continuation of life in the household. It is this expectation, however, which has pushed women to move to the public arena. Society expects that women will use the public arena to actualize themselves, with the ultimate goal of giving a positive contribution to their family; it is hoped that women’s awareness, responsibility, and tolerance will ensure the creation of a harmonic household and family. Gender awareness is thus important for every woman, in order to fulfill her role in the family. The ideal mother is constructed as a woman who focuses on her household duties, even if she has chosen to take an active role in the public arena. Keywords: Construction of motherhood, gender awareness, public arena, domestic arena
Kata Kunci : konstruksi ibuisme, kesadaran gender, ranah publik dan ranah domestik.