Laporkan Masalah

UPAYA PENERAPAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK (CPOTB) OLEH USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL DI DESA NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Isnaini Rizka Hutami, Prof. Dr. Sri Suryawati.

2014 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Tingginya jumlah konsumen obat tradisional (jamu ) menuntut produsen obat tradisional menjamin mutu produknya. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) merupakan standar dalam memastikan mutu produk obat tradisional. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu sentra obat tradisional dan Desa Nguter Kabupaten Sukoharjo dicanangkan sebagai Kampung Jamu. Sebagian besar produsen obat tradisional di Desa Nguter Kabupaten Sukoharjo adalah Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) dan belum diketahui apakah telah menerapkan CPOTB pada setiap tahap produksinya. Metode: Penelitian ini menggunakan daftar cek penilaian penerapan CPOTB dan dilakukan wawancara mendalam dengan pimpinan serta penanggung jawab teknis pada 10 UKOT di Desa Nguter dan ketua koperasi jamu Indonesia KOJAI Kabupaten Sukoharjo. Selain itu, wawancara mendalam juga dilakukan pada ketua koperasi jamu Indonesia (KOJAI) Kabupaten Sukoharjo. Hasil yang diperoleh termasuk kategori baik, cukup atau kurang. Kemudian mendeskripsikan hasil wawancara mendalam dan disajikan dalam bentuk naratif. Hasil: UKOT di Desa Nguter Kabupaten Sukoharjo telah menerapkan dua dari enam aspek CPOTB yaitu bahan baku, sanitasi dan higiene. Adapun hambatan pada beberapa aspek dalam menerapkan CPOTB yaitu aspek seperti personil (kualifikasi pendidikan), bangunan (hospital shape pada sudut ruang), peralatan (mesin penggiling), bahan baku (mutu). Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut yaitu pelatihan dan pembinaan. Pada aspek bangunan, hanya UKOT grade 1 (memproduksi semua olahan obat tradisional kecuali efervesen) yang wajib untuk melampirkan dan mendapatkan persetujuan denah layout. Pada aspek peralatan yaitu melakukan kerjasama dengan UKOT lain atau tempat penggilingan agar proses produksi tetap berjalan. Pada aspek pengolahan, dapat melakukan pengujian di tempat yang telah direkomendasikan Kesimpulan: Penerapan CPOTB pada 10 UKOT di Desa Nguter Kabupaten Sukoharjo termasuk kategori cukup dengan rata-rata total persentase skor 68%, namun ada dua UKOT yang termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 84%.

Introduction: The large number of traditional medicine consumers demand traditional medicine producers to guarantee the quality of their products. Good Traditional Medicine Manufacturing Process (CPOTB) is a standard in ensuring the quality of traditional medicine products. Sukoharjo Regency is one of the traditional medicine centers and Nguter Village Sukoharjo Regency was declared as “Kampung Jamu”. Most traditional medicine producers in Nguter Village Sukoharjo Regency are Traditional Medicine Small Enterprise (UKOT) and it’s not known whether they have implemented CPOTB in every production stage. Method: This study used CPOTB implementation evaluation checklist and indepth interviews were carried out with heads and technical managers in 10 UKOT in Nguter Village Sukoharjo regency and Head of Indonesian Jamu Cooperative (KOJAI) of Sukoharjo Regency. The results of CPOTB implementation evaluation checklist were scores and turned into percentages, then it was seen an UKOT was in good, good enough, or less well category. Then the results of indepth interviews were described and presented in narrative form. Results: UKOT in Nguter Village Sukoharjo Regency had implemented two of the six aspects CPOTB; material, sanitation and hygiene. Obstacles of several aspects in implementing CPOTB were aspects such as personnel (education qualification), building (hospital shape on room angles), equipments (grinding machine), material (quality). Efforts to solve the obstacles were training and guiding. In building aspect, only UKOT grade 1 producing all (producing all processed traditional medicines except for effervescent) which required attaching and obtaining layout blueprint approval. In the equipment aspect they work together with other UKOT or mills to keep production process running. In processing aspect, testing could be performed in the recommended locations. Conclusion: Total percentage of implementation 10 UKOT CPOTB in Nguter Village Sukoharjo is 68% and had good enough categorized, but there are two UKOT are included in good categories and percentage is 84%.

Kata Kunci : regulasi, cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB), usaha kecil obat tradisional (UKOT)


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.