INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK MIE BASAH FORMULASI TEPUNG GARUT (Maranta arundinacea), TEPUNG GEMBILI (Dioscorea esculenta), DAN TEPUNG TERIGU
RIDHA WIJAYANTI, Lily Arsanti Lestari, STP., MP.
2014 | Skripsi | GIZI KESEHATANPerubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan dapat meningkatkan resiko penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus (DM). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi DM yang terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 2,1% dimana jumlah tersebut meningkat 1,1% dibanding tahun 2007, sedangkan proporsi penduduk usia ≥15 tahun dengan DM sebesar 6,9%. Modifikasi pola konsumsi pangan merupakan salah satu alternatif pencegahan penyakit DM. Pendekatan konsep indeks glikemik (IG) dan beban glikemik (BG) merupakan salah satu manajemen diet yang dapat diterapkan dalam usaha pencegahan dan penanganan penyakit DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai IG dan BG mie basah formulasi tepung garut (Maranta arundinacea), tepung gembili (Dioscorea esculenta), dan tepung terigu dengan perbandingan 1:1:2. Penelitian ini merupakan studi quasi experimental control group dengan rancangan pre and post design. Subyek penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan, jumlah subyek penelitian yaitu 10 orang. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan pada glukosa darah puasa, 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit setelah subyek mengonsumsi bahan makanan standar yaitu glukosa. Satu minggu kemudian dilakukan uji yang sama dengan makanan uji berupa mie basah. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah nilai IG dan BG mie mie basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IG mie basah yaitu 61,28 dan BG yaitu 9,48. Mie basah tersebut memiliki IG sedang dan BG rendah. Mie basah tersebut formulasi tepung garut (Maranta arundinacea), tepung gembili (Dioscorea esculenta), dan tepung terigu dapat dimanfaatkan sebagai diet alternatif diet untuk penderita DM.
The changing in lifestyle and consumption pattern among population has increased the risk of degenerative disease, for example diabetes mellitus (DM). Riskesdas (2013) shows the prevalence of diagnosed DM is 2,1%, which is 1,1% higher than it was in 2007. Besides, proportion of ≥15y.o-aged population with DM is 6,9%. Food consumption pattern modification has been considered as an alternative to prevent DM. The glycemic index (GI) and glycemic load (GL) approach can be applied in DM prevention and diet management. This study was aimed to investigate GI and GL of wet noodle formulated with arrowroot flour (Maranta arundinacea), lesser yam flour (Dioscorea esculenta), and white flour with ratio 1:1:2. This research utilized quasi experimental control group with pre and post design. Ten people as subject of this study were chosen based on predetermined inclusion criteria. Examination of blood glucose was carried out five times; fasting blood glucose, 30 minutes, 60 minutes, and 120 minutes after glucose ingestion. One week later, blood glucose test was carried out again with wet noodle ingestion. Variable measured in this study are GI and GL of wet noodle. Result of this study shows GI of wet noodle is 61,28 and GL is 9,48. In conclusion, wet noodle have medium GI and low GL. In other hand, wet noodle can be applied as alternative diet for DM.
Kata Kunci : indeks glikemik, beban glikemik, mie basah