TINDAK TUTUR MEMINTA OLEH PEMBELAJAR BIPA DARI KOREA: KAJIAN PRAGMATIK BAHASA ANTARA (INTERLANGUAGE PRAGMATICS)
Adista Nur P., Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.
2014 | Tesis | S2 LinguistikPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tuturan meminta dalam bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh pembelajar BIPA yang berasal dari Korea, perbedaan bentuk meminta yang dihasilkan oleh pembelajar dengan tuturan meminta yang dihasilkan oleh penutur asli bahasa Indonesia, dan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diambil dengan metode sadap dengan teknik pengumpulan data observasi dan distribusi kuesioner. TMW didistribusikan kepada 23 responden, terdiri atas 11 responden pembelajar BIPA dari Korea dan 12 responden penutur aslibahasa Indonesia. Populasi data berupa tuturan meminta dalam berbagai konteks berjumlah 274tuturan. Data tersebut dianalisis dalam tataran pragmatik, dibandingkan, dan dicari faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan bentuk tuturan meminta yang dihasilkan oleh pembelajar dan penutur asli. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pembelajar BIPA dari Korea menghasilkan bentuk tuturan meminta yang berbedadengan tuturan meminta yang dihasilkan oleh penutur asli. Pola realisasi tindak tutur meminta (TTM) oleh pembelajar BIPA dari Korea terdiri dari tiga bentuk, yaitu struktur tutur, variasi tutur, dan strategi tuturnya. Bentuk TTM berdasarkan struktur tuturnya dibedakan menjadi bentuk tuturan dilihat kehadiran dan posisi tindakan pokok dan tindakan pendukung.Bentuk-bentuk variasi kode dalam bertutur terdiri atas bentuk tuturan yang memiliki (1) ragam formal dan informal dan bentuk tuturan yang mengandung (2) alih kode dalam bahasa Korea dan alih kode dalam bahasa Inggris. Bentuk TTM yang dilihat dari strategi tuturnya dibedakan menjadi (1) modus kalimat, (2) cara, dan (3) tipe tuturan. Perbedaan bentuk TTM yang oleh pembelajar dan oleh penutur asli ditemukan pada pemilihan ragam formal dan informal, pada pemilihan strategi meminta, pada pemilihan formula semantik, dan pada pemilihan pronomina persona. Penyebab penyimpangan TTM berbahasa Indonesia oleh PBK yaitu faktor linguistik dan faktor nonlinguistik. Penyebab linguistik yang ditemukan adalah pengaruh transfer pengetahuan pragmatik B1 (Bahasa Korea) dan ketidaksempurnaan kemampuan gramatikal sedangkan penyebab nonlinguistik meliputi perbedaan budaya, lingkungan pembelajaran bahasa Indonesia, dan kebiasaan menggunakan bentuk tidak formal dalam percakapan.
This study is aimed at describing the form of request utterances in bahasa Indonesiaproduced by Korean learners of Indonesian, comparing the utterances with the native speakers‘, and explaining what causes these differences. The study applies descriptive qualitative method. To collect the data, questionnaires are distributed to 23 respondents consisting of 11 Korean learners of Indonesian and 12 native speakers of bahasa Indonesia. The data population was 276 utterances in the form of request utterances in various contexts. The data analyses, compares the data by the Korean and Indonesian speakers, and discusses the factors causing the differences. The study reveals that the Korean learners of Indonesian produce different forms of request utterance from the native speakers. The patterns of the request utterances can be seen in three different forms: the structure, the variation, and the strategy of the utterances. The structures of the utterances can be divided into utterances seen from presence, position of head acts and supporting moves. The variation codes of the utterances are in the form of utterances which have (1) formal and informal styles and (2) code switching in Korean and English. Whilst, the strategy of the utterances can be divided into (1) modes, (2) manner, and (3) types of the utterances. The difference between utterances produced by the learners and the native speakers found in the choice of formal and informal styles, strategy of request, semantics formula, and personal pronouns. The factors of request utterance differences used by Korean learning Indonesian are mainly caused by linguistics and non-linguistics factors. The linguistics factors are the impact of Korean pragmatics knowledge transfer and the imperfection of grammatical knowledge meanwhile the non-linguistics factors are cultural differences, Indonesian learning system, and habit of using informal forms in daily conversation.
Kata Kunci : Pragmatik Bahasa Antara, Sistem Pragmatik, Perbedaan Budaya, Bahasa Indonesia, Pembelajar BIPA dari Korea