Laporkan Masalah

ARAHAN PENATAAN PELINGKUP RUANG JALAN DI JALAN KEMASAN, KOTAGEDE, YOGYAKARTA

WAHYUTI KUMALASARI, Ir. Slamet Sudibyo, M.T.

2014 | Tesis | S2 Desain Kawasan Binaan

Kotagede merupakan suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Selain dikenal sebagai “kota perak”, tahun 1578 Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam. Saat ini perkembangan fungsi kawasan Kotagede secara keseluruhan mengarah pada peningkatan perekonomian masyarakat sehingga memicu perubahan pola pelingkup ruang jalan. Dengan dominasi fungsi komersial maka fasad bangunan di dominasi dengan bukaan yang cukup lebar dan perluasan ruang jalan sebagai area private. Tanpa adanya pengendalian, secara berkala hal ini menyebabkan pergeseran kawasan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi performa pelingkup ruang Jalan Kemasan, Kotagede dan mengetahui variabel apa yang paling dominan dalam membentuk performa pelingkup ruang jalan tersebut. Untuk mempermudah proses identifikasi maka proses penelitian dibagi menjadi tiga bagian penggal jalan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Proses identifikasi dilakukan dengan mengelaborasikan temuan lapangan terhadap variabel – variabel pembentuk pelingkup ruang jalan yang selanjutnya menjadi dasar dalam penyusunan arahan penataan pelingkup ruang jalan. Kata kunci : penataan, pelingkup ruang jalan, cagar budaya

Kotagede is an area that has a history of high value. Besides being known as “Silver City”, in 1578 Kotagede is the capital of the Islamic Mataram Kingdom. Currently, the development function Kotagede region as a whole leads to an increase in the community's economy, triggering changes in the pattern of enclosure. With the dominance of the commercial function of the building's facade is dominated by a fairly wide opening and expansion of the street as a private area. Without control, this causes a Kotagede region shift as a heritage area periodically. This research aims to identify the enclosure performance on Kemasan streets, Kotagede and find out what is the most dominant variable in shaping the enclosure performance. To facilitate the process of identification of the research process is divided into three parts street section with different characteristics to one another. The identification process is done by elaborating the findings of the field variables as enclosure framer which then became the basic in the preparation of enclosure referral arrangement. Keywords : arrangement, enclosure, cultural heritage

Kata Kunci : penataan, pelingkup ruang jalan, cagar budaya


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.