Laporkan Masalah

RUSUNAWA Di Duren Sawit, Jakarta Timur (Pendekatan Arsitektur Bioklimatik) Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan

RAHMI ANINDITA DAMAYANTI, Ir. Ahmad Saifullah M, M.S.

2014 | Skripsi | ARSITEKTUR

Kepadatan penduduk merupakan salah satu permasalahan yang kerap di hadapi oleh perkotaan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi namun tidak sesuai dengan jumlah lahan yang ada, membuat masyarkat terutama dengan kelas ekonomi menengah kebawah menggunakan lahan-lahan yang seharusnya tidak digunakan, seperti bantaran rel kereta api atau bantaran kali. Harga tanah yang tinggi juga membuat mereka menjadi perkampungan dengan padat penduduk yang cenderung kumuh. Daerah Jakarta Timur khususnya, merupakan salah satu kota Administrasi dengan jumlah penduduk terbanyak di DKI Jakarta. Didaerah Cakung sendiri yang merupakan kecamatan di Jakarta Timur dengan kepadatan penduduk tertinggi, banyak daerah yang menjadi daerah kumuh, khususnya di bantaran kali dan rel, serta bantaran waduk yang seharusnya tidak boleh dihuni. Kajian teori untuk mendukung perumusan konsep meliputi tinjauan rumah susun, rumah susun sederhana sewa, dan arsitektur bioklimatik. Rumah susun merupakan salah satu penyelesaian dari permasalahan tersebut. Rumah susun didaerah Duren Sawit yang sesuai dengan RDTR Duren Sawit tahun 2030. Adapun pertimbangan-pertimbangan bioklimatik dalam perancangan rumah susun sederhana sewa ini yakni respon bangunan terhadap iklim, perlindungan bangunan terhadap iklim, vegetasi pada tapak maupun pada bangunan yang mampu mengontrol kenyamanan thermal maupun visual pada bangunan. Selain itu, untuk mewujudkan rumah susun yang murah, pertimbangan-pertimbangan seperti keefisiensian struktur, pemilihan material, dan penggunaan ruang yang optimal menjadi sangat penting. Rumah susun yang berbasis bioklimatik, yakni yang berinteraksi antara iklim, alam, bangunan, dan penggunanya sehingga penghuni dapat memperoleh kenyamanan dalam rumah susun. Selain itu, pembangunan rumah susun yang efisien dapat menjadikannya sebagai rumah susun murah sehingga tepat huni dan layak guna untuk masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.

The population density is one of the frequent problems are faced by urban areas. High population growth which are not match with the amount of land available, make people especially with the low-middle economy class use the lands that should not be used, such as side-railway and side-river. High prices of the lands also make a crowded-village called slum area. In particular, East Jakarta District is one of the city administration with the highest population in Jakarta. Cakung district is district with the highest population dentistry in East Jakarta that cause many slum area, especially in side-river, side-railway, and side- lake which should not be occupied. Theoretical studies to support the formulation of the concept are flats surverying, rental flats, and bioclimate architecture. Flat building is one of the solutions based on policy of Jakarta in 2030. Bioclimate considerations in this planning are a response to the climate, building protection against climate, vegetation on site or in a building that is capable of controlling the thermal comfort in the building. In addition, to create a cheap flats, considerations such as efficeint structure, material selection, and optimal use of space become very important. Flat building based on bioclimate architecture is the interaction between climate, environment, buildings, and the users so that they feel comfortable in flat building. In addition, the development of an efficient flats can make it as cheap flats that up right fit for habitation and use of community with mid to lower level.

Kata Kunci : -


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.