CYBERDEMOCRACY DALAM REPRESENTASI CALON GUBERNUR DKI JAKARTA DI KOMENTAR KOMPAS.COM TAHUN 2012

Asep Abdul Sahid, Prof. Dr. Heru Nugroho.

2014 | Disertasi | S3 Kajian Budaya dan Media

Cyberdemocracy memiliki harapan dapat meningkatkan ruang publik, tetapi di ruang komentar online justru banyak praktik komentar yang mengabaikan nilai-nilai kepublikan, terutama debat rasional kritis dan konsensus. Dengan itu, penelitian ini merupakan studi tentang konfigurasi cyberdemocracy di ruang komentar online dengan kasus representasi calon gubernur di komentar online Kompas.com pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Tujuan penelitian adalah untuk menyingkap, menggambarkan, menafsirkan, dan menjelaskan bagaimana konfigurasi cyberdemocracy di komentar online, dengan menelaah bagaimana wacana calon gubernur dikonsumsi dan diproduksi, dengan tujuan apa, berimplikasi dan mencerminkan apa. Untuk mencapai tujuan penelitian itu digunakan metode kualitatif dengan paradigma kritis. Korpus penelitian yang dikoleksi dan dianalisis pada penelitian ini adalah tiga wacana dan sembilan judul berita yang disajikan dan dikembangkan Kompas.com dengan tiga puluh tiga komentar pada Kompas.com. Korpus tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis Theo van Leeuwen. Metode ini mengungkap kognisi di balik wacana. Selain itu, metode ini juga mengungkap ideologi dan kekuasaan yang beroperasi. Fokus perhatian dari Analisis Wacana Kritis ini adalah strategi wacana eksklusi dan inklusi terhadap aktor sosial yang digunakan di dalam teks. Penelitian ini menunjukkan: Pertama, adanya polarisasi dan kontestasi wacana antara wacana calon gubernur baik versus calon gubernur buruk. Calon gubernur baik direpresentasikan melalui citra seperti kosakata perubahan, berpengalaman, teruji, anti politik SARA, bersih, dan menerima kekalahan. Sedangkan calon gubernur buruk direpresentasikan melalui citra status quo, cobacoba, pro-politik SARA, dan korup. Strategi wacana yang digunakan dalam representasi tersebut dititikberatkan pada strategi inklusi dengan tujuan wacana promosi bagi kelompoknya sendiri dan marginalisasi bagi kelompok lainnya. Kedua, wacana dalam teks komentar online telah mencerminkan pengetahun pembaca tentang calon gubernur yang berkontestasi ada yang baik dan ada yang buruk; beroperasinya kuasa cyber-vulgar dan ideologi cyber-like and dislike. Dan ketiga, cyberdemocracy sebagai demokrasi nothing, yakni demokrasi dedeliberatif deetika, dehumanis, dan controlled.

Cyberdemocracy has been expected to enhance the public sphere, nevertheles the online comment has led to ignore the value of publicity, especially, critical rational debate and consensus. Related with it, this research is a study on the cyberdemocracy configuration with the case of a DKI Jakarta’s governor candidate representation at Kompas.com’s comments in 2012. This research aims to investigate, describe, interpret, and explain how the cyberdemocracy configuration in online comments, by observing how the discourse is consumed and produced, with what is purpose, and what is implication and reflect. This research uses qualitative method with a critical paradigm approach. Corpus of analysis are three of discourse, nine of headlines news that are presented and developed by Kompas.com, and thirty-three of comments on Kompas.com. This corpus have analyzed by applying Theo van Leeuwen’s critical discourse analysis. This method is a bout to dismantle a cognition behind the discourse. In addition, this method also dismantle the ideology and power that have been operating. This research focuses particulary on the discourse strategies of exclusion and inclusion to social actor. This research showed that: First, the existence of discourse polarization and contestation among the discourse of a good and bad governor candidate. A Good governor candidate is reprensented through image such as the words of “changes”, “experienced”, “proven”, “anti-racial politics”, “clean”, and “defeat acception”. While a bad governor candidate is represented through the same image such as the word of “status quo”, “trial and error”, “pro-racial politics”, and “corrupt”. Discourse strategies that have used in the representing social actor are focused on inclusion strategy with have the purpose to promote their groups and marginalize other groups. Second, discourse at the online comments has reflected readers cognition about the governor candidates who are contest there are good and bad governor candidate. In this research olso showed the operation of the power of cyber-vulgar and the operation of ideology of cyber-like and dislike. Third, cyberdemocracy at online comment is the democracy of nothing, i.e. the democracy of dedeliberation, deethicts, dehumanist, and controlled.

Kata Kunci : Cyberdemocracy, Komentar Online, Representasi Calon Gubernur, Wacana, dan Demokrasi Nothing