PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN SPERMA AYAM KAMPUNG DENGAN NaCl FISIOLOGIS YANG DITAMBAH PENISILIN DAN STREPTOMISIN TERHADAP KUALITAS SPERMA PADA SUHU PENYIMPANAN 5°C

M.AFRIZAL A.K., Widya Asmarawati, S.Pt., M.Sc.

2014 | Skripsi | ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengenceran sperma ayam kampung menggunakan NaCl fisiologis yang ditambah dengan penisilin dan streptomisin terhadap kualitas sperma pada suhu penyimpanan 5°C. Sperma ditampung dan dicampur dari 4 ekor ayam jantan. Perlakuan tingat pengenceran yang dilakukan adalah1:1 (P1:1); pengenceran 1:2 (P1:2); pengenceran 1:3 (P1:3). Setiap pengenceran ditambahan penisilin dan streptomisin dengan dosis 0,05 g dan 0,05 g/100 ml pengencer (A1); 0,1 g dan 0,1 g/100 ml pengencer (A2) dan 0,15 g dan 0,15 g/100 ml pengencer (A3). Kualitas sperma diamati pada jam ke-0, 6, 24 dan 48. Data dianalisis dengan rancangan split plot, dilanjutkan uji DMRT (Duncan’s New Multiple Range Test). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pengenceran berpengaruh nyata (P≤0,05) terhadap viabilitas dan abnormalitas spermatozoa tetapi tidak berpengaruh nyata trhadap motilitas spermatozoa. Perlakuan penambahan antibiotik berpengaruh nyata (P≤0,05) terhadap motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa. Penyimpanan sperma berpengaruh nyata (P≤0,05) terhadap motilitas, viabilitas dan abnormalitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengenceran 1:1 dapat mempertahankan viabilitas dan abnormalitas spermatozoa. Penambahan antibiotik dengan dosis 0,1 g penisilin dan streptomisin 0,1 g/100 ml pengencer paling mampu mempertahankan motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa.

The objective of this research was to determine the effect of semen domestic chicken dilution rate using physiological NaCl added with penicillin and streptomycin on semen quality at temperature 5ºC. Semen were collected and pooled from 4 cock. The treatments of sperm dilution rate conducted were 1:1 (P 1:1), 1:2 (P 1:2), 1:3 (P1:3). Each dilution were added by penicillin and streptomycin at doses 0,05 and 0,05 g/100 ml of diluent (A 1); 0,1 g and 0,1 g /100 ml of diluent (A 2) and 0,15 g and 0,15 g /100 ml diluent (A 3). Semen quality were evaluated after 0, 6, 24 and 48 hours storage. Data were analyzed by analyses of variance split plot, and DMRT (Duncan’s New Multiple Range Test). The results showed that dilution rate gave significantly different (P≤0,05) on viability and sperm abnormality but not for motility. The antibiotic treatments gave significantly different (P≤0,05) on motility, viability and sperm abnormality. Time of storage gave significantly different (P≤0,05) on motility, viability and sperm abnormality. It could be concluded that dilution level 1:1 was the best level to keep sperm viability and abnormality. Optimum antibiotic level was 0,1 g penicillin and 0,1 g streptomycin/100 ml diluents.

Kata Kunci : Pengenceran, Sperma, Ayam, Penisilin, Streptomisin