Tahap-tahap kemampuan kognitif manusia dalam perspektif filsafat profetik :: Tinjauan epistemologis terhadap teori Kenabian Al-Farabi
DAMHURI, Muhammad, Dr. P. Hardono Hadi
2001 | Tesis | S2 FilsafatPenelitian kepustakaan ini menggunakan pendekatan tematik untuk melakukan pengkajian komprehensif terhadap filsafat Profetik Al-Farabi sebagai salah satu tema penting di dalam diskursus filsafat Islam. Tujuannya adalah untuk membuktikan apakah rumusan pemikiran tentang tahap-tahap perkembangan intelek sebelum sampai pada proses kenabian dapat dijadikan sebagai pisau analisis dalam mengkaji perkembangan kemampuan kognitif manusia pada umumnya. Oleh karena itu, maka metode yang digunakan adalah Hermeneutika yang terdiri dari Deskripsi, Komparasi dan Refleksi. Filsafat Profetik adalah sebuah bentuk pemikiran yang memberikan landasan filosofis terhadap konsep kenabian, sehingga doktrin kenabian yang sebelumnya hanya diterima atas dasar keimanan, dapat dibuktikan melalui pendekatan rasional dan ditafsirkan secara ilmiah. Awalnya, perumusan fisafat profetik hanya diarahkan untuk memberikan bantahan terhadap klaim-klaim dari beberapa pemikir m u s h dari mazhab naturalisme ekstrem, yang menegasikan konsep kenabian dan pewahyuan (revelation). Di antara pemikir-pemikir tersebut adalah Muhammad bin Zakaria al-Razi (865-925 M), yang sampai menyimpulkan, tiada tempat bagi wahyu, hanya akal logis yang merupakar, kriteria tunggal pengetahuan. Mulai dari sini Al-Farabi (870-950) terpanggil untuk merumuskan suatu bentuk pemikiran yang dapat memberikan justifikasi rasionalistik terhadap konsep kenabh, untuk menyangkal (refitation) gagasan-gagasan para pendukung rasionalisme naif tersebut. Al-Farabi inenegaskan bahwa Ikminasi nubuat harus didahului oleh tahap-tahap pemikiran filosofis. Status kenabian bukanlah suatu predikat yang diperoleh dari pembawaan @ti), melainkan suatu tingkat pencapaian yang bersifat Muktasabah (predikat yang dicari). Al-Farabi melakukan pengkajian kornprehensif terhadap kualitas kemampuan kognitif golongan nabi mulai dari potensi yang pahg mendasar, yaitu Intelek potensial, lalu meningkat ke level Intelek aktual, Intelek perolehan, dan berakhir pada persenyawaan dengan intelek aktif sebagai kualitas kemampuan kognitif yang paling puncak. Kemampuan intelek yang sudah aktif akan menjadi mediator yang menjembatani pertemuan antara layar kesadaran manusia dengan ilham kenabian yang terpancar dari h u h Mahfudz sebagai layar kesadaran Ilahi. Tingkat kemampuan intelek pada level ini akan membuka seluruh tabir kegaiban pengetahuan, sehingga pengetahuan yang diraihnya tidak lagi terikat oleh ruang dan waktu. Kualitas pencapaian pengetahuan pada level ini tidak dapat diraih oleh semua manusia, kecuali golongan yang disebut Al-Farabi sebagai AZKhawwas, yaitu golongan nabi yang dapat berhubungan dengan intelek aktif melalui jalur al-Quwwah AZ-MuttakhiZah (potensi Imajinasi), dan golongan fisuf melalui al-mwwah al-Aqliyah (potensi kekuatan penalaran). Implikasi logs dari teori kenabian Al-Farabi ini adalah terbukanya kemungkinan para filsuf untuk menjadi nabi. Pemahaman semacam ini
Available in Fulltext
Kata Kunci : Epistemologi Islam,Teori Kenabian,Al Farabi