Laporkan Masalah

Gus Dur dan 'Orang Langit' :: Kiai sebagai legitimasi politik Abdurrahman Wahid

ROSYADI, Khoirul, Drs. Purwanto, M.Phil

2001 | Tesis | S2 Sosiologi

Secara lchusus, penelitian ini bertujuan untuk memahami langkah-langkah Abdurrahman Wahid dalam kaitan den- aktivitas politiknya yang menggunakan para kiai sebagai legitimasi polibiknya dan mengapa para kiai bersedia rnenjadi alat legititnasi politilc Gus Dur serta bagaimana panclangan mereka tentang kekuasaan. Data yang digunakan dalam peneli!ian ini terdiri dari data primer dan data sekimder. Data primer meliputi persepsi, asphi, prinsip-prinsip, pandanganpandangan yang diperoleb melalui wawancara rnendalam dengan para luai, yakm KH Slioiijahi hi KH Abdullah Faqih. Pemiiihan ini karena &lam dunia inasyarakat Islam tradisional, pesantren dan tarekat adalab dua elemen yang tidak bisa dipisahkan. Sedangkan data sekunder meliputi Wat-fdcta atau permasalahan dan penelitian yang sudah ada sekaligus mengambil variabel yang relevan. Data sekunder ini diperoleli melalui studi literatur, diskusi bgau nara sumber kedua yang dianggap memahami pennasalahan penelitian yang penulis butubkau, serta beberapa peiielitian terdahulu yang m e w hubunp baik langsung ataupun tidak langsung. Dari had penelitian ini m e n u n . bahwa legitimasi politik atau kekuasan iiierupakan tindakan politik yang digunakan untuk mencan’ dukungari atau klaiiii olcli pengwa atau seseorang untuk tujuan politiknya. Dalam konteks Abdurrahman Wahid, yang lebih akrab dipanggil Gus Dur, ternyata drui awal pencalonan hingga diakhir jabatannya sebagai presiden sexing ,menggunakan para kiai sebagai legitiniasi poilitiknya. Penggunaan kiai sebagai legitimasi politik Gus Dur, kareiia dalan diri kiai terdapat legitimasi karismatik dimslna sebuah legitimasi yang penykutnya memilih ciri kepatuhan buta tanpa kritis. Apa yang dikahkan oleh pemimpin jenis legitimasi ini selalu menjadi kebenaran. Hal ini sexing terjadi pada sebuah kepemimpinan keagamaan. Gus Dur ingin memanfaatkan ini dimana kiai memiliki legalitas karismatis. Sementara para kiai bersedia menjadi alat legitimasi Gus Dur karena dalam tradisi pesantren terdapat legitimasi tradisional dimana para pengkutnya rnemililu kesetiaan abadi. Kesetiaan ini ditunjukkan bukan saja kepada pimpinan, tetapi sarnpai kepada para anak keturunan. Para kiai dalam hal ini sebagai bagian dari tradisi pesantren melihat Gus Dur adalah seorang yang secara geneologis perlu dihonnati karena dirinya adalah cucu Kiai Has@ Asy’ari, seorang pendiri NU. Bagi warga nahdlyin, Gus Dur diauggap sebagai kiai bahkan wali. Karena itu ia tidak boleh dibantah dan harus diila. bbih-lebih Gus Dur merupakan keturman ningrat dari hadratus syeikh KH Hasyim Asy’ari, kiai besar pendiri NU. Membantah Gus Dur pada hakikatnya membangkang hadratus syeikh. Dalam tradisi nahdliyin, untuk mendapatkaa barokuh s e o q gwu (kiai), seseomg harus menghomati guru (kiai) tersebut sampai pada anak dan cucunya. Dalam rangka itulah para kiai bersedia inenjadi alat legitimasi politik Gus Dur. Naiknya Gus Dur menjadi presiden, memberi makna penting bagi para kiai. Bagaimanapun lembaga kepresidenan adalah lembaga dengan legihtas formal rasional dimana hukum dan aturan rasional lainnya menjadi ciri utama. Karena itu para kiai melihat bahwa kekuasaan Gus Dur juga berdasarkan hukum formal. Nanun demniluan, para kiai percaya bahwa kekuasasn Gus Dur adalah amanah karena itu dibutuhkan usaha lahir dan batin untuk memperoleh ataupun mempertahankannya. Pandangan diperkuat dengan pandangan para kiai yang menganut faham Almaturidi, yakrii keseimbangan antara faham Juburzyuh dan Q&riyah.

This sttidy explain the political behavior of Abdui-rahman Wahid or knonii as (311s Dur as 'l'lie fourth President of Indonesia that has beer1 make political choices in his decision making kiai as liis legitimating. This analysis iiy io iiiakc a sliglii i.c\hv to explain and give description of kiai which become Gus Dur tool for legitimation in his political activity, and also its relation to power in their perception. Data used in this researcli consist of prirnary data and sccondary data. Priinary data consist of perception, aspiration, principles, and opinion from several kiai that are gained ttom interview with them. Kiai that has been chosen to be interviewed are KH Shonhaji and KH Abdullah Faqih. The reason of this choice is because in traditional Islamic society, pesantren and tarekat are two important elements, which caiiriot be separate. And KH Slianhaji and KH Abdullah Faqili are the representation. While secondary data gained by literature study, information from the second person that understand very well about this research aim, also a few reference from research that has been conduct which support this research and take some relevant variables. Mer all data gathered, researcher tries to analyze and found that political lcgiiiiiiation or authority (power) is political behavior used for gainiiig support or claim by the authority or individual for hisher political sake. In this case, Abdumahnian Wahid, from the presidential candidate process in Peiiiilii 1 999 iaitil liis cnd of ruling this coiintry used kiai as his political legitimation. Wahid's political legitimation can be explained consider kiai has charismatic legitimation whicli tlie follower of this legitimation liave characteristic of rciklitl (fanatic). In this legitimation, the authority cannot be wrong, they're always right. And for this reason, Gus Dur used kiai for liis political legitinintion. Aflerwards, the reason that kiai willing 10 becvinc Gus Dur iools for legitimation is because in pesantren tradition there is traditional legitimation where tlie follower have mi eternal loyalty. This loyalty not just for the authority, and also for hisher descent. For rtahdliyin peopl;, Wahid is considered as kiai in fact a wali. For that reason, he cannot be opposed and inust be defended. Moreover, Waliid is ningmr or royal descent from hadratussyaikh KH Has* Asy'ari, the Great one or kiai the founder of NU. In other words, quarrel with Gus Dur is essentially opposed hudrutussyuikh. Because in nuhdliyin tradition, to have bcrrokuh froin kiui, one have to respect the kiai and their families. From that explanation, researcher can conclude that is why tnosf oj'kiui wanted to be Gus Dur political Iegitimation. Gus Dur become Indonesian president, give much meaning for kiai. The presidential is an institution with rational legality where law and other rational rule are the main characteristics, In that reason, kiai consider Gas Dur authority based on formal law. Kiai believe that Gus DLU aiithority is amanah, and for that is needed both of tlle world and those within huiian, a Gnat Force. These understandings based on flniaitrri~lbi elieve, whereas there is a balance behveen J(ih(ir1yuh and Qo(krr

Kata Kunci : Perilaku Politik,Gus Dur,Legitimasi Politik Kiai


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.