Laporkan Masalah

Gamelan Jegog :: Ansambel bambu di Kabupaten Jembrana Bali

SUKERNA, I Nyoman, Prof.Dr. I Made Bandem

2001 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Gamelan Jegog merupakan salah satu jenis dari sekian banyak perangkat gamelan Bali, yang menjadi ciri khas kabupaten Jembrana. Kabupaten yang menempati kawasan Bali bagian barat ini, terkenal dengan prilaku warga masyarakatnya yang suka mabarung, yaitu mengadakan pertandingan, seperti . jegog mabarung, kendizng mabmng, mhpung, mabente, majangh dan mapentilan. Sifat kompetitif ini juga terlihat pada bentuk keseniannya, seperti gamelan Jegog yaitu permgkat gamelan terbuat dati bambu dengan bentuk dan ukuran yang sangat besar. Dari berbagai fenomena yang terkait dengan gamelan Jegog, penulis tertarik untuk mengungkap keberadaan perangkat gamelan ini dengan berbagai pertanyaan yang timbul dijadikan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun tujuannya untuk mendapatkan jawaban yang mampu memberikan pemahaman terhadap unsur-unsur yang terkait dengan keberadaan gamelan Jegog, perannya dalam masyarakat Jembrana dan ciri khas perangkat gamelan ini secara musikal maupun instrumentasi. Penelitian yang berorientasi pada kajian tekstual dan kontekstual ini menggunakan etnomusikologi sebagai pendekatan pokok, diintegrasikan dengan beberapa ilmu bantu yang lain seperti sosiologi, estetika dan sejarah ~ U mMele ngkapi dan memandu penganalisisan dengan meminjam konsep-konsep dan teori-teorinya. Gamelan Jegog pada awalnya disajikan sebagai sarana mengumpulkan warga masyarakat dalam rangka melakukan kegiatan iryucuk, yaitu membuat atap rumah dari ijuk. Dalam perkembangan berikutnya Jegog juga dipergunakan untuk mengiringi pencak silat, dan selanjutnya kesenian ini dilengkapi dengan tari-tarian. Pada pelaksanaan upacara keagamaan di Bali, Jegog tennasuk dalam kelompok Balih-balih, yaitu peran Jegog sebagai hiburan (profan). Dan hasil wawancara dengan para seniman Jegog, pakar seni dan pemuka masyarakat Jembrana, mereka meyakini bahwa Kyang Geliduh adalah orang yang pertamakali menciptakan gamelan Jegog. Pada awalnya gamelan Jegog bilahnya terbuat dari kayu dan beresonator bambu. Dalam satu perangkat instrumennya terdiri dari 3 buah barangmt, 3 buah kartcilan, 2 buah irdir dan 1 buah jegogan. DaIam perkembangannya, bilah gamelan Jegog diganti dengan bambu dan instrumennya ditambah 3 buah srnvir dan 2 buah celduk. Untuk mengiringi tari, perangkat gamelan ini dilengkapi dengan ~ ~ g cengceng, sulirtg dan tawa-tawa. Instrumen gamelan Jegog terdiri dari 2 bagian, yaitu bilah dan pelawah. Dalam setiap instrumen menggunakan delapan buah bilah yang berlaras ‘pelog empat nada’ dengan urutan nada dong-rdeng-ndwtg-na’aing. Dari kedelapan bilah itu, ada yang terdiri dari dua gembyang (oktaf), ada juga yang menggunakan satu gembyang. P elawah adalah tempat menggantungkan bilah terbuat dari kayu berbentuk bingkai trapesium dengan bidang yang letaknya miring ke depanatas bertumpu pada empat buah kaki. Bentukpelawah dari semua instrumen dalam gamelan Jegog sama, hanya karena bilah yang berlainan, maka ukuran pelawah menyesuaikan dengan keadaan bilahnya. Khusus untuk instrumen udir dan jegogmt, karena menggunakan bilah yang berukuran sangat besar, penabuh hams duduk di atas bingkai pelawah agar dapat memainkannya Dalam menyajikan repertoire, setiap instrumen memiliki pola garap (tabuhan) tersendiri. Materi yang digunakan dalam gamelan Jegog mempunyai bentuk struktur yang sangat khas. Adapun jenis pola garap yang disajikan oleh instrumen dalam gamelan ini adalah norek, trungtungan, mbd-mbadm, mating- pepktun dan baberoan. Susunan gending (materi) yang lazim disebut dengan ‘tabuh’ dalam gamelan Jegog menggunakan istilah p l e f , yang artinya bagian. Bentuk susunan gending yang paling pendek terdiri dari tiga palet dan yang terpanjang terbagi menjadi tujuhpzet. Dalam satuplet biasanya terdapat beberapa motif pola tabuhan. Di daerah Jembrana terdapat sekitar 50 sekua (group) Jegog yang menyebar di empat kecamatan, yaitu Melaya, Negara, Mendoyo dan Pekutatan. Sekaa-sekaa Jegog ini ada yang masih aktif mengadakan kegiatan latihan dan pergelaran, tetapi ada juga yang jarang bahkan tidak aktif lagi dalam mengadakan kegiatan. Sejak gamelan Jegog ini lahir yang diperkirakan pada awal abad XX, dalam perjalanan hidupnya banyak mengalami perkembangan. Semula bilah Jegog terbuat dari kayu diganti dengan bambu, begitu juga instrumennya menjadi bertambah. Dalam pola garap tabuhan, Jegog memiliki garap yang khas yaitu baberoan, diperkaya dengan garapan lain yang dapat mendukung aksentuasi gerakan tari dan sering tampil dengan pola garap ngebyar. Peranan gamelan Jegog dalam masyarakat Jembrana yang semula menyajikan konser sebagai sarana untuk mengumpulkan warga guns melaksanakan kegiatan nyucuk, lalu untuk mengiringi pencak silat dan akhirnya dipergunakan sebagai kingan tari. Selanjutnya penyajian Jegog untuk memeriahkan suasana dalam pelaksanaan upacara keagamaan dan kegiatan adat serta sering tampil dalam acara-acara resmi pemerintahan. Akhirnya kesenian Jegog dipergunakan sebagai sarana dalam menghibur para wisatawan

Gamelan Jegog is one of many different kinds of Balinese gamelan ensemble, which is typically found in the Jembrana regency. The community in this regency, which is located in western Bali, is well known for its love of mabmng, or holding competitions in. jegog mabarung, k e h g mabmmg, makepung, mabenfe, majangku and mqentilan. This competitive nature is also visible in their art forms, such as gamelan Jegog, a bamboo gamelan ensemble with large instruments. Of the various phenomena related to gamelan Jegog, the writer was interested in discovering the existence of this gamelan ensemble, with a number of questions arising, to become the subject of this research. The aim was to find answers that could provide an understanding of the various elements related to the existence of gamelan Jegog, its role in the Jembrana community, and the unique musical and instrumental character of this gamelan ensemble. The research was oriented towards a textual and contextual study, using ethnomusicology as the main methods of approach, integrated . with a number of auxiliary sciences, such as sociology, aesthetics and history, to complement and guide the analysis, by borrowing their concepts and theories. Gamelan Jegog was originally performed as a way of bringing together the community to take part in the activity known as nymk, or making roofs out of palm fiber (ijuk). In its subsequent development, Jegog was also used to accompany pen& silat (traditional martial art), and later developed hrther to include dance. During religious ceremonies in Bali, Jegog is included in the Balih-balihan group, in which its role is to provide entertainment. From interviews with Jegog artists, art experts and important figures in the Jembram community, it is beleived that Kyang Geliduh was the first person to create gamelan Jegog. Originally, gamelan Jegog instruments had wooden keys with bamboo resonators and a single ensemble consisted of 3 barangan, 3 kancilan, 2 undir, and I jegogan. However, during its development, the wooden keys were replaced with bamboo, and 3 stnvir and 2 celuluk instruments were also added to the ensemble. When used to accompany dance, the ensemble also includes a kndmg, cengceng, ding, and ma-tawa. The instruments in a gamelan Jegog ensemble consist of 2 parts: bilah andpelawah. Each instrument has eight keys (bilah), tuned to a four-note pelog scale, in the order dong-ndiwg-dung-daing. Some of the eight keys consist of two gembyang (octaves), while others use a single gembyang. The pelawah, on which the keys are suspended, is a wooden trapezium-shaped frame, which slopes upwards at the fiont and rests on four legs. The shape of all pelawah of gamelan Jegog instruments is the same, although the size varies in accordance with the different sized keys. In order to play the udir and jegogan instruments, on which the keys are extremely large, the musicians must sit on top of thepelawah frame, so that they can reach the keys. In performing the Jegog repertoire, each instrument has its own individual musical patterns. The material used in gamelan Jegog has a unique structural form. The kinds of musical patterns played by the instruments in this gamelan are norek, tningtungan, rnba&mbh, matingkdan..,. pepaketan and baberm. The structure of musical compositions, which are commonly called ‘tabuh ’ in gamelan Jegog, use the termpalet, which means part. The shortest form of musical composition consists of three palet and the longest seven palet. Within a single panlet, there are usually several musical motifs or patterns. In the Jembrana district, there are around 50 Jegog sekaa (groups), which are spread throughout the four sub-districts of Melaya, Negara, Mendoyo and Pekutatan. Some of these Jegog sekua are still active, holding regular rehearsals and giving performances, while others are not so active or even no longer hold any activities. Since the birth of gamelan Jegog, estimated to be at the start of the ZO* century, throughout its existence, it has undergone numerous developments. Originally, the bilah of the Jegog were made from wood but were later replaced by bamboo. In addition, the number of instruments has also increased. The Jegog has a special kind of playing style or treatment, known as baberoan, which is enriched with other patterns to support the accentuation of dance movements, often appearing with ngebyar playing patterns. The role of gamelan Jegog in the Jembrana community, which formerly performed concerts as a means of bringing together members of the community to take part in nyuclrk activities, was subsequently used to accompany the traditional martial art, pen& silat, and was ultimately used as dance accompaniment. In addition, Jegog was also used to create a lively atmosphere in religious ceremonies and other traditional activities, and often performed at formal government events. The frnal use of Jegog is as a means of tourist entertainment.

Kata Kunci : Seni Musik Tradisional,Gamelan Jegog Bali


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.