Seni kerajinan tenun sutera tradisional Bugis Wajo Sulawesi Selatan :: Antara tantangan dan harapan
NAWAWI, Muhammad, Prof.Drs. SP. Gustami, SU
2001 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaTujuan utama penelitian ini adalah untuk menelusuri dan mengamati eksistensi, perkembangan, serta dampak perubahan seni kerajinan tenun sutera tradisional Bugis Wajo, khususnya dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan melakukan wawancara dan penelusuran data pada instansi terkait. Pemecahan masalah antara lain menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan penemuan fakta-fakta @zct findins) sebagaimana adanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi kerajinan tenun sutera Bugis Wajo dari waktu ke waktu mengalami perubahan baik Secara kuantitas maupun kualitas. Seni kerajinan tenun sutera tradisional adalah salah satu wujud budaya dari aktivitas masyarakat Wajo, Sulawesi Selatan. Pejalanan sejarah menunjukkan bahwa seni kerajinan itu erat kaitannya dengan perkembangan budaya. Pada perkembangannya diketahui dalarn bentuk corak tenun sutera tradisional Bugis Wajo, telah dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya daerah lain. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya masyarakat biasa memakai produk sutera Wajo yang sebelumnya hanya terbatas dipakai oleh kaum bangsawan. Dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Wajo juga semakin meningkat. Corak atau motif dari produk seni kerajinan tenun sutera tra-disional Bugis Wajo banyak dipengaruhi oleh simbol-simbol yang terdapat dalam aksara lontura seperti bentuk dasar bela ketupat (sulupa eppu walasuji). Makna simbolis itu juga berpengaruh terhadap nilai seni kerajinan tenun sutera tradisional Bugis Wajo. Seiring dengan perkembangan zaman terdapat beberapa pergeseran fungsi dan bentuk yang dulunya hanya berupa pakaian sarung, baju bellu dadu (untuk laki-laki) baju bodo, (untuk perempuan) namun sekarang sudah dikembangkan ke dalam berbagai bentuk lain seperti dasi, kipas pesta, dan berupa souvenir. Sementara corak-corak tradisional seperti Cora’ rani, Cora’ lebba, mra’ walasuji, dan lain-lain juga mengalami pergeseran ke arah yang lebih kompleks, yakni terdapatnya corak yang dikombinasikan dari unsur tradisi dengan unsur modern. Perubahan yang terjadi diharapkan tidak mempengaruhi nilai seni yang selama ini terdapat dalam bentuk, motif atau corak pada seni tenun tersebut. Untuk menjaga kelestariannya perlu &antisipasi sedini mungkin dengan memperhitungkan antara peluang dan tantangan di masa depan. Dengan demikian diharapkan seni kerajinan tenun ini kelak tidak hanya merupakan peninggalan sejarah yang hanya dapat dilihat di museum, tetapi merupakan suatu wujud karya seni tenun yang senantiasa berkiprah di mata publik.
The main purpose of this research is to reveal and to observe the existence, development, as well as impacts of change on the traditional Bugis Wajo silk weaving art especially in social life, culture, economy. The descriptive method is applied by conducting interviews with people and and fmding some related data in departments. The problem are resolved by the explaining the current conditions of the subject and object compared with the facts as they existed. The findings on the research showed that production of Bugis Wajo silk weaving had changed from time to time both in quantity and quality. The traditional silk weaving art is one form of cultural activity of the Bugis Wajo community in South Sulawesi. History shows that traditional silk weaving art is closely related with cultural development. It was pound out that Bugis Wajo traditional silk weaving color design had been influced by cultural elements of other regions. This fact can be observed from the common people who weas the Wajo silk products that used to be worn only by the nobles. The social and economic impact can olso be felt by the community members. The design and motif of Bugis Wajo traditional silk weaving art production is greatly influenced by the Aksara hntara’ symbols as found in the belah ketupat (sulapa eppa walwj]. The meanins of these symbols have also influenced the Bugis Wajo traditional silk weaving art values. With the passing of time, several functions and forms of the traditional silk product have changed. Instead of just being utilized for making sarong materials, bella dada dress (for man), baju bodo dress (for women). They are currently utilized for materials for making neckties, feast-fan, and orther souvenirs. The traditional designs of Cora’ renni’ , mrm’ lebba, cora’ walasuji, corm’ tettong, and some others have become more complex, they become new combinations of tradisional patterns and modern elements. These new developments are expected not to influnce negatively the artistic values that are found in the forms, motifs, and colors of the traditional art. The originalty of this traditional art should be presenred in spite of the challenges and opportunities. It is expected that the Bugis Wajo traditional silk weaving art will survive forever, and not just as antiqui to be seen in museums only.
Kata Kunci : Seni Kerajinan, Tenun Sutera Tradisional, Bugis Wajo, weaving silk of traditional Bugis Wajo, art, opportunity, challenge.