Korupsi dan Kebijakan Antikorupsi Korea Selatan di Era Lee Myung Bak
PUTRI PERWIRA SARI DEWI, Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, MA
2014 | Skripsi | Ilmu Hubungan InternasionalPenelitian ini mencoba untuk menganalisis bagaimana Korea Selatan, di bawah kepemimpinan Lee Myung Bak, menunjukkan kontradiksi dalam konteks keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat korupsi yang ada. Bahwa, terlepas dari perekonomian negara yang terus meningkat, tingkat korupsi Korea Selatan justru tergolong relatif tinggi. Menariknya, di era yang sama, Korea Selatan melakukan reformasi hukum dan meresmikan sebuah lembaga antikorupsi. Hal ini tidak hanya membuat efektivitas dari badan tersebut dipertanyakan, tetapi juga penyebab dari tingginya tingkat korupsi yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat faktor yang menyebabkan tingginya tingkat korupsi di Korea Selatan, yaitu budaya yang mentolerir korupsi, perubahan ideologi pemerintahan, kesenjangan sosial dan lemahnya fungsi lembaga- lembaga negara. Faktor-faktor ini kemudian mengacu pada penyebab utama dari banyaknya korupsi yang terjadi, yaitu adanya kepentingan yang ingin dicapai oleh lembaga-lembaga berkuasa sebagai satu kesatuan institusi (institutional reasons). Selain itu, terlepas dari kebijakan relatif sempurna yang diberlakukan oleh lembaga antikorupsi Korea Selatan, masih terdapat kekurangan fatal dalam upaya pemberantasan korupsi yang mereka lakukan. Kekurangan ini membuat mereka masih belum efektif dalam menangani kasus korupsi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun umumnya dianggap sebagai tanda dari rusaknya sistem politik dan dipandang sebagai hal yang buruk bagi pertumbuhan ekonomi, dalam beberapa kasus, korupsi juga dapat dilihat sebagai fenomena positif yang dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, banyaknya jumlah kasus yang menunjukkan bahwa korupsi merugikan negara menyebabkan korupsi dipandang sebagai kemunduran.
This research attempts to investigate how South Korea, under the leadership of Lee Myung Bak, showed contradiction in the context of relation between economic growth and the corruption rate. Tha t, regardless of the cou ntry’ s econ omy co ntinues to rise, Sou th Korea ’s corruption rate was believed to be high. Interestingly, in the era of Lee, South Korea also reformed the laws and inaugurate an an ti-corruption institution. This not only makes the effectiveness of said anti-corruption agency in question, but also what could be the causes of the high rate of corruption rate in South Korea. The result of this research indicate that there are four fac tors that cause why the corruption rate is high in South Korea, which are culture that tolerates corruption, changes in government ideology, social discrepancy and weak institutions function. These factors then refers to the main cause of the large number of prevailing corruption, namely the interests of the ruling institutions as a whole institution. Also, regardless of the relative perfectly executed policies b y South Korea’s anti-corruption institution, there are fatal flaws in the action and anticorruption effort that they made. These flaws make them still has not been effective in dealing with corruption cases. This research also indicate that although generally considered as a sign of a damaged political system and viewed as a bad thing for economic growth, in some cases, corruption also could be viewed as a positive phenomenon that can push and increase economic growth. Even so, the number of cases which show that corruption makes the existing dilapidated government system cause the majority world view corruption as a deterioration.
Kata Kunci : korupsi, korupsi, kebijakan, Korea Selatan, Lee Myung Bak, institusi, pertumbuhan ekonomi