Dilematisasi Eksistensi Perempuan dalam Setting Drama Politik (Pasukan Inong Balee dalam Dinamika Politik Aceh Tahun 2000-2013)
Rizkika Lhena Darwin, Dra. Ratnawati, SU.
2014 | Tesis | S2 Politik dan PemerintahanTujuan penelitian ini ingin mengungkap adanya upaya kontrol terhadap eksistensi perempuan (baca: pasukan inong balee) dalam setting drama politik. Penelitian ini memiliki dua misi utama. Pertama, menjelaskan kuasa politik maskulin merupakan pengontrolan eksistensi perempuan di wilayah publik. Kedua, memahami bahwa keterlibatan perempuan dalam politik kerap dijadikan sebagai alat politik bagi pihak maskulin. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pantai timur Aceh sebagai basis kekuatan GAM. Aceh sebagai wilayah yang memiliki ekskalasi politik dengan realitas eksistensi politik perempuan (baca: pasukan inong balee) yang pertama kali lahir pada masa konflik di wilayah pesisir Aceh. Hasil penelitian menegaskan bahwa di ranah politik selayaknya keberlangsungan sebuah drama. Pertama, dasar konseptual untuk merealisasikan kuasa dominasi melalui proses institusionalisasi atas diri perempuan dengan normalisasi “kebencian dan ketakutan sebagai wacana kebenaran dalam interaksi atas relasi gender. Reproduksi wacana sejarah Aceh dan penderitaan konflik sebagai upaya normalisasi kebenaran akan perjuangan “Aceh Merdekaâ€. Selanjutnya bay’at, penanaman ideologi dan hikayat prang sabi dijadikan alat doktrin untuk melegitimasi kebenaran dalam upaya dominasi dalam mencapai kesetiaan di jalan perjuangan “Aceh Merdekaâ€. Kedua, politik dominasi bekerja dengan menggunakan strategi dramaturgi sebagai upaya kontrol dan kontinuitas dominasi dari masa konflik ke pasca konflik. Strategi ini dapat menempatkan perempuan sebagai objek dalam pementasan sebuah rangkaian dramaturgi. Terdapat perubahan citra diri terhadap perempuan sesuai peran yang diinginkan oleh institusi. Selanjutnya perempuan tercipta untuk mengatur kesan yang diinginkan institusi, ada jarak peran dan stigmatisasi yang harus dilakonkan agar tidak mengganggu proses politik yang berjalan, serta politik hirarki melalui sistem komando yang diberlakukan oleh struktur GAM—untuk menjaga kesetiaan agar tetap berada di dalam kerangka yang telah disepakati. Di sini lain juga dapat memperlihatkan pergeseran eksistensi perempuan dari konflik ke pasca konflik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa rangkaian politik kuasa maskulin berimplikasi pada dilematisasi keberadaan perempuan dalam politik—di antara representasi politik atau sebagai simbol dan alat politik bagi tujuan politik laki-laki. Politik maskulin mengarahkan penggunaan representasi perempuan sebagai simbol dan alat politik laki-laki dalam meraih legitimasi tujuan politik mereka. Pada akhirnya perempuan kerap terlibat dalam politik transaksional organisasi atau isntitusi dan melanggengkan oligarkis.
-
Kata Kunci : Dilematisasi, Eksistensi, Politik, Perempuan, Setting, Dramaturgi