KARAKTERISTIK HUJAN DI WILAYAH LERENG GUNUNG MERAPI (Rumus Empiris, Durasi, Agihan, dan Critical Line Kali Woro)
Pudak Juni Laksana, Prof. Ir. Joko Sujono, M. Eng., Ph.D.
2014 | Tesis | S2 Teknik SipilKejadian aliran lahar dingin di wilayah lereng Gunung Merapi berpotensi menimbulkan bencana alam karena mempunyai kecepatan aliran yang cukup tinggi dan daya rusak yang besar. Hujan dengan intensitas dan durasi tertentu merupakan salah satu komponen pemicu terjadinya aliran lahar dingin. Hujan mempunyai variabilitas dari sisi temporal dan spasial yang dipengaruhi berbagai faktor seperti topografi dan iklim suatu wilayah. Penelitian Dhian Dharma Prayuda (2012) menyarankan untuk menetapkan karakteristik intensitas hujan menggunakan data hujan dengan durasi yang lebih pendek disertai dengan uji statistik untuk menetapkan rumus IDF empiris terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data hujan 30 menitan dengan durasi pendek (< 3 jam) dan menggunakan software berbasis spreadsheet digunakan untuk mencari durasi hujan yang mewakili dan pola agihan hujan. Untuk mengetahui rumusan intensitas hujan yang paling sesuai dilakukan dengan pendekatan rumus IDF empiris Sherman, Kimijima, Hasper dan Manonobe. Intensitas hujan secara analitis dengan durasi tertentu dicari dengan bantuan perangkat lunak Analisis Frekuensi yang berbasis Microsoft Excel. Kejadian lahar dingin yang terjadi dianalisis menggunakan metode A MLIT untuk menetapkan seting curah hujan standar. Hasil penelitian menunjukkan rumus IDF empiris Sherman paling sesuai dengan karakteristik hujan di wilayah lereng Gunung Merapi. Pola agihan hujan menunjukkan intensitas hujan tinggi pada jam pertama kemudian turun pada jam selanjutnya dengan agihan rerata untuk durasi 3jam berturut-turut sebesar 12%, 28%, 25%, 16%, 12%, dan 7% dengan interval 30 menitan. Critical line menghasilkan curah hujan standar yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem peringatan dini bencana aliran lahar dingin adalah 5 mm untuk peringatan (R1) dan untuk evakuasi (R2) adalah 28 mm.
Volcanic debris flow on the slopes of Mount Merapi area became a serious natural disasters because of it has great destructive force and velocity. Rainfall with a certain intensity and duration is one component trigger of volcanic debris flow. Rainfall has variability of the temporal and spatial characteristics influenced by various factors such as topography and climate. Dhian Prayuda Dharma (2012) suggests to define the characteristics of the intensity of rainfall using rainfall data with a shorter duration with statistical tests to establish the best empirical IDF formula. This research was using of 30 minutes rainfall data for short duration (<3 hours) and a spreadsheet software is find representing duration and distribution of the rainfall. The most appropriate rainfall intensity formula done by the empirical IDF formula as Sherman, Kimijima, Hasper and Manonobe. Rainfall intensity analysis use Analisis Frekuensi software (based on Microsoft Excel). Volcanic debris flow occurrence analyzed with MLIT method A to establish standard rainfall index. Sherman formula best fits the IDF characteristics of rainfall in the region of the slopes of Mount Merapi. Rainfall distribution pattern shows high intensity rainfall in the first hour and then decrease in the next hour with mean distribution for the duration of 3 hours, respectively for 12%, 28%, 25%, 16%, 12%, and 7% with an interval of 30 minutes. Based on critical line, standard rainfall index is 5 mm for warning (R1) and evacuation (R2) is 28 mm.
Kata Kunci : karakteristik hujan durasi pendek, intensitas hujan, aliran lahar dingin