EFEK PEMBERIAN SEDIAAN POLIHERBAL KOMBINASI MENIRAN, TEMULAWAK DAN KUNYIT DALAM MENCEGAH PENINGKATAN SGPT PADA PASIEN PENGGUNA OBAT ANTI TUBERKULOSIS

EMA RACHMAWATI, Dr. Arief Nurrochmad, M.Si., M. Sc., Apt.

2014 | Tesis | S2 Ilmu Farmasi

Pengobatan tuberkulosis (TB) dengan kombinasi obat anti TB (OAT) isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol memberikan efektivitas dalam membunuh kuman TB, namun juga berpotensi menimbulkan efek samping hepatototoksisitas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien. Upaya mencegah efek samping tersebut dapat dilakukan dengan pemberian hepatoprotektor. Meniran, temulawak dan kunyit merupakan beberapa tanaman obat Indonesia yang telah terbukti secara preklinik memiliki efek hepatorpotektor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pemberian poliherbal kombinasi meniran, temulawak dan kunyit dalam mencegah meningkatnya SGPT pasien yang mendapatkan obat anti tuberkulosis (OAT). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental klinik, dengan rancangan random, tersamar tunggal, terkontrol plasebo dan pre-post study. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2013 di RS Paru Jember, Puskesmas Ajung, Puskesmas Kaliwates, Puskesmas Panti dan Puskesmas Patrang di Kabupaten Jember. Sebanyak 34 pasien TB baru yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 2 kelompok. 17 pasien kelompok kontrol mendapatkan OAT dan plasebo, sedangkan 17 pasien kelompok uji mendapatkan OAT dan poliherbal, masing-masing diberikan selama 4 minggu. Pemeriksaan SGPT pasien dilakukan pada minggu ke-0 (sebelum memulai terapi OAT) dan minggu ke-4. Satu pasien dari kelompok kontrol yang mengalami hepatotoksisitas ringan, dengan kadar SGPT 68 U/L. Sedangkan rerata SGPT pada kedua kelompok setelah 4 minggu perlakuan tidak menunjukkan tingkat hepatotoksisitas. Perbedaan yang signifikan dapat dilihat pada rerata SGPT sesudah perlakuan dari kedua kelompok tersebut. Pada kelompok kontrol terjadi peningkatan rerata SGPT sebesar 80,68% (dari 14,65  6,08 menjadi 26,47  13,32), sedangkan pada kelompok uji terjadi penurunan rerata SGPT sebesar 31,65 % (dari 22,12  8,75 menjadi 15,12  6,83). Hasil analisis dari selisih rerata SGPT kelompok kontrol dan kelompok uji (11,82  10,59 dan -7,00  6,03) menunjukkan perbedaan yang bermakna (p = 0,000). Pemberian sediaan poliherbal kombinasi meniran, temulawak dan kunyit selama 4 minggu pada pasien TB yang mendapat OAT dapat mencegah terjadinya peningkatan SGPT.

Tuberculosis treatment with the combination of anti-TB drugs isoniazid, rifampicin, pyrazinamide and ethambutol provide effectiveness in killing the TB bacteria, but also potentially causes hepatotoxicity. The occurence of hepatotoxicity in TB patients may increase morbidity and mortality in patients. Efforts to prevent hepatotoxicity in TB patients during their treatment can be done by giving some herbal hepatoprotective. Phyllanthus niruri (meniran), Curcuma xanthorrhiza (temulawak) and Curcuma longa (kunyit) are some Indonesian medicinal plants that have been shown hepatoprotective effects in preclinical study. The aim of the study to determine the effectiveness the administration of poliherbal combination of meniran, temulawak and kunyit in preventing the elevation of ALT levels during patients TB treatment. This research is a clinical trial, designed with randomized, single blind, placebo-controlled and retrieval data pre-post study. Data were collected from June to October 2013 in Jember Lung Hospital, Ajung primary health center, Kaliwates primary health center, Panti primary health center and Patrang primary health center in Jember. Thirty four patients of newly diagnosed with TB, who involved in this study were divided into 2 groups. As control group, 17 patients receive TB drugs and placebo. While for trial group, the other 17 patients receive TB drugs and poliherbal, each given for 4 weeks. The measurement of ALT were performed at week 0 (before starting therapy) and week 4. The results showed that there is only one patient from the control group who experienced mild hepatotoxicity, with levels of ALT 68 U/L. While the mean of ALT in both groups after 4 weeks of treatment did not show the level of hepatotoxicity. Significant differences can be seen in the mean of ALT levels after treatment of the two groups. In the control group, the mean of ALT increased by 80,68% (from 14,65  6,08 to 26,47  13,32), whereas in the trial group the mean of ALT decreased by 31.65 % (from 22,12  8,75 to 15,12  6,83). Difference from the mean of ALT levels in both groups showed significant differences (p=0,000). Giving poliherbal combination of meniran, temulawak and kunyit for 4 weeks in TB patients who received anti tuberculosis drugs can prevent elevation of ALT levels.

Kata Kunci : obat anti tuberkulosis, meniran, temulawak, kunyit, hepatoprotektor.