PENGELOLAAN SUMBERDAYA ARKEOLOGI DI KAWASAN GIRI SEBAGAI DESTINASI WISATA RELIGI
MUHAMMAD ICHWAN.SS, Prof. Dr. Inajati Adrisijanti
2013 | Tesis | S2 ArkeologiTesis ini merupakan hasil penelitian terhadap sumberdaya arkeologi di kawasan Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai penting, memberikan usulan solusi kepada stakeholder dalam pengelolaan, baik berupa model maupun teknisnya. Kawasan ini pada abad 15-17 M merupakan kota pusat pemerintahan Giri, tempat tinggal raja, dan pusat pendidikan agama Islam awal di Jawa. Sumberdaya arkeologi di kawasan Giri yaitu situs kompleks makam Sunan Giri, Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri, kompleks makam Sunan Prapen, situs Giri Kedaton, dan kompleks makam Tanggungbaya, makam Puteri Campa. Nilai penting nilai penting yang dikandung adalah nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, agama, dan pariwisata. Namun demikian, pengelolaan saat ini masih perlu dievaluasi dan harus dikelola secara benar sesuai dengan aturan yang termaktub dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, dan Piagam Mufakat 21 tentang Pembinaan Dan Pengembangan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Kepariwisataan Indonesia Yang Berwawaskan Keagamaan. Kegiatan pengelolaan meliputi penelitian, pelestarian, dan pemanfaatan. Penelitian dilakukan pada semua kegiatan pelestarian dan pemanfaatan. Usulan pelestarian meliputi: perlindungan, penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, pemugaran, perawatan, penataan lingkungan, revitalisasi, pemantauan, dan pengawasan. Karakteristik sumberdaya arkeologi di kawasan Giri yang bersifat sakral dan living monument maka usulan pemanfaatan yang tepat adalah sebagai destinasi wisata religi. Pemanfaatan sumberdaya arkeologi harus berwawasan pelestarian dan perlindungan dengan asas keselarasan dan keseimbangan. Pengelolaan dilaksanakan dalam wadah bersama dengan melibatkan tiga pilar stakeholder yaitu elemen pemerintah, masyarakat, akademisi, dan menempatkan pemerintah sebagai sektor yang memimpin. Ada dua usulan model organisasi pengelolaan, petama, berskala mikro dengan memusatkan satu cagar budaya saja yaitu di kawasan Giri, dan kedua, berskala makro dengan memberikan perhatian tidak hanya sumberdaya arkeologi di kawasan Giri saja, tetapi kawasan cagar budaya yang bersifat sakral dan living monument di wilayah Kabupaten Gresik sebagai keseluruhan dengan menempatkan sumberdaya arkeologi di kawasan Giri sebagai unggulannya.
This thesis is the result on the research on archaeological resources in Giri, Kebomas, Gresik, East Java. The aim of the research is to find the important value, and to give suggestions on the solution to the stakeholder of the problems, both as a model and the management. This site was the capital city of Giri and the oldest Islamic education centre in Jawa. The archaeology resource in Giri is the compound of Sunan Giri graveyard, the compound of Sunan Prapen graveyard, the site of Giri Kedaton, the compound of Adipati Tanggungbaya graveyard, and the Puteri Campa graveyard. The important value of this archaeological resources are the present historical value, science, education, culture, religions, and tourismones. Although, the management still needs to be evaluated and managed well according to the law that written in Heritage Regulation of Indonesia, Undang Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2010 about Cagar Budaya (Cultural Heritage); Undang Undang Republik Indonesia No 10 tahun 2009 about Pariwisata (Tourism); and Agreement Charter 21 about Developing and Building Society Roles in Religion Tourism. The management activities include research, preservation, and use. This research is about the activities on preservation and research in Giri. The preservation suggestions include protecting, rescuing, securing, zoning, maintenance, restoration, treatment, environment structuring, revitalitation, monitoring, and supervising. The archaeological resources in Giri is sacred and living monument therefore propose the appropriate use of it is religines tourism destination. It must balance with the preservation and protection aspects. The management is done by involving three stakeholders: government, society, and academic, with the government as the leader. There are two models of management organization. First, the micro scale with only one archaeological resource in Giri as a focus.Second, the macro scale with all archaeological resources in Gresik but the arcahaeological resources of Giri is considered as the superior.
Kata Kunci : Sumberdaya arkeologi, manajemen, wisata religi, Giri, Jawa Timur.