Laporkan Masalah

PERMUKIMAN KEMBALI PASCA BENCANA TSUNAMI DI DESA KUALA BUBON KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT

Zulfiadi, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng, Ph.D

2014 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & Daerah

Permukiman kembali pasca bencana tsunami di Desa Kuala Bubon merupakan sebuah kawasan permukiman yang rusak total akibat musibah tsunami dan telah ditata ulang kembali. Mereka tidak dapat hidup di daerah relokasi desa pedalaman tapi lebih memilih kembali bermukim dekat dengan laut meskipun rawan akan bencana tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkaji konsep bermukim masyarakat pesisir pasca bencana tsunami. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian induktif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dengan masyarakat pesisir, dan data sekunder dari beberapa instansi yang terkait. Analisa dilakukan secara deskriptif untuk mendapatkan kata kunci yang kemudian diangkat menjadi tema-tema dan konsep lokal. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapatnya konsep bermukim “Aneuk-aneuk Pinyi tetap Udep bak Laot” yang mengandung makna kehidupan masyarakat pesisir hanya bisa hidup tenang di dekat laut dengan alam laut sebagai sumber kehidupannya. Pilihan bermukim masyarakat di pesisir tidak lepas dari kearifan lokal dalam konteks pelaksanaan hukum adat laot yang terlihat dari pelaksanaan hukum adat laot, kelembagaan adat dan sanksi adat dan juga kearifan lokal tentang pengetahuan lokal yang berhubungan dengan alam seperti perencanaan elevasi bangunan, waktu melaut, mencari udang di sungai dan usaha keramba yang terkait dengan pasang surut air laut. Bermukim kembali dikarenakan adanya kesamaan sumber mata pencaharian, hubungan sosial, kekerabatan yang kuat, terjaminnya kebutuhan hidup dan usaha, mengikuti orang tua/ keluarga dan kecintaan terhadap kampung halaman. Penelitian ini juga menemukan pergeseran perilaku masyarakat setelah bermukim kembali, hal ini terjadi karena rendahnya sumberdaya dan manajemen desa yang kurang baik

Post-tsunami settlement object in the village of Kuala Bubon is previously a residential area where completely destroyed by the tsunami and has been reorganized again. They cannot live in a relocation village inland and prefer living close to the coastal again even though the area was prone to tsunami. This study aims to describe and to review the concept of living in post-tsunami resettlement in coastal communities. This research was conducted using qualitative inductive research with phenomenological approach. Sources of data obtained through observation, in-depth interviews with in coastal communities, and secondary data from various related institutions. Descriptive analysis was conducted to obtain keywords which are then bitted into the themes and resulted local concepts. The study found that the presence of the concept of living \\"Aneuk-aneuk Pinyi tetap Udep bak laot\\" that means that coastal communities can only live peacefully near the sea as a source of natural marine life. Choice of living in coastal communities cannot be separated from local wisdom in the context of marine customary laws it can be observed from implementation of marine customary laws, traditional institutions, customary sanctions, and also local knowledge related to nature performance such as building elevation planning, time to work at sea, searching for shrimp cages in rivers and efforts associated with the tide. This resettlement due to the similarity of their livelihood characteristics, social relationships, strong kinship, ensuring the necessities of life and business, parents/ family relationship and love of the homeland. The study also found a shift in people's behavior after resettlement, this activity happens due to low resources management and poor condition in the rural area.

Kata Kunci : Permukiman Kembali, Pasca Tsunami, Masyarakat Pesisir, Kearifan Lokal, Desa Kuala Bubon


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.