Laporkan Masalah

PENGUJIAN KEEFEKTIFAN REWARD MODEL PADA JALUR PELAPORAN NON-ANONYMOUS DALAM MENDORONG WHISTLEBLOWING: PENDEKATAN EKSPERIMEN

RAHMATDI, Mahfud Sholihin, Ph.D.

2013 | Skripsi | AKUNTANSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris niat individu untuk melaporkan tindak kecurangan menggunakan jalur pelaporan non-anonymous dalam reward model, ketika diberikan informasi mengenai ada tidaknya ancaman balas dendam (retaliasi) yang didapatkan oleh non-anonymous whistleblower terdahulu. Berdasarkan reinforcement theory, perilaku seseorang dapat diperkuat dengan memberikan konsekuensi positif atas perilaku tersebut, salah satunya dengan memberikan reward. Oleh karena itu, niat individu untuk melakukan whistleblowing dapat didorong dengan memberikan reward . Di sisi lain , Sarbanes - Oxley Act of 2002 meminta komite audit perusahaan publik untuk menyediakan jalur pelaporan anonymous. Jalur pelaporan anonymous yang dapat menyembunyikan identitas whistleblower juga mampu mendorong niat individu untuk melakukan whistleblowing dengan meminimalkan atau bahkan menghilangkan potensi retaliasi. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode eksperimen, dengan 90 peserta yang merupakan mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika terdapat retaliasi bagi non-anonymous whistleblower terdahulu, niat individu dapat didorong dengan menyediakan jalur pelaporan anonymous, bukan dengan memberikan reward pada jalur pelaporan non-anonymous. Ketika tidak terdapat retaliasi bagi non-anonymous whistleblower terdahulu, niat individu tidak dapat didorong baik dengan memberikan reward atau dengan menyediakan jalur pelaporan anonymous. Hal ini dikarenakan niat individu untuk melakukan whistleblowing telah meningkat karena tidak adanya retaliasi.

The purpose of this research is to empirically examine participant’s intentions to report wrong-doing using non-anonymous reporting channel under reward model given information about the occurrence of retaliation for previous non-anonymous whistleblower. Based on the reinforcement theory, a behavior can be strengthened by contingently presenting something pleasing, such us reward. Therefore, individual’s intention for whistle-blowing can be encouraged by providing reward to whistleblower. On the other hand, Sarbanes-Oxley Act of 2002 requires that audit committees of public companies establish anonymous reporting channel for questionable accounting or auditing matter. Anonymous channel that can hide the whistleblower identity also encourage individual’s intention for whistle-blowing by minimizing or eliminating potential retaliation. This study is designed using experimental method, with 90 participants who are accounting students. The results shows that while there was retaliation for previous non-anonymous whistleblower, individual’s intention can be encouraged by providing anonymous channel, not by providing reward on non-anonymous channel. While there was no retaliation for previous non-anonymous whistleblower, individual’s intention cannot be encouraged neither by providing reward nor anonymous channel. Individual’s intention has improved because of the absence of retaliation.

Kata Kunci : whistleblower, jalur pelaporan, reward, retaliasi.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.