Laporkan Masalah

GAMELAN DAN GLOBALISASI: STUDI KASUS MENGENAI KELOMPOK GAMELAN ANGGUR JAYA, DAN YOGYAKARTA GAMELAN FESTIVAL

RESA SETODEWO, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.

2013 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA

Gamelan adalah salah satu instrument musik yang kemudian dikenal sebagai bagian dari kebudayaan yang ada di Indonesia. Dalam kasus ini globalisasi juga telah mengambil peran yang cukup signifikan dalam perkembangan gamelan. Gamelan, yang terkena dampak dari globalisasi, telah menumbuhkan wacana adanya perubahan atau bertahannya gamelan itu sendiri. Hal inilah yang kemudian menjadi fokus penelitian disini. Tidak hanya itu, gamelan saat ini berkembang juga di luar negeri. Hal ini juga yang kemudian memicu sebuah hubungan interelasi antara Indonesia dan juga luar, dalam hal ini diwakili oleh Yogyakarta Gamelan Festival, dan ini menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut. Penelitian ini juga mencoba untuk mengingatkan kembali bahwa gamelan merupakan bagian penting dari kultur yang dimiliki oleh Indonesia. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini merupakan beberapa tempat yang menjadi sampel untuk melihat gamelan. Gayam16, sebagai rumah yang menghidupkan Yogyakarta Gamelan Festival, di jalan Gayam. Selain itu juga Freiburg dan Trossingen, Jerman dan Basel, Swiss juga menjadi lokasi penelitian terkait dengan grup gamelan yang ada di luar Indonesia. Informan yang dipilih pun memiliki kaitan yang cukup erat dengan gamelan dan juga bisa memberikan perspektif yang lebih luas mengenai gamelan. Ari Wulu sebagai komando YGF, Djaduk Ferianto dan Anon Suneko yang merupakan musisi yang juga memainkan gamelan, Dieter Mack, Sigrid Winter, Charlie Ritcher yang merupakan bagian dari grup Anggur Jaya. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode etnografi sebagai metode pengumpulan datanya. Penelitian dilakukan pada tahun 2012 sampai dengan 2013. Penelitian ini menunjukan bahwa gamelan sendiri ternyata dalam perkembangannya telah mencapai tahapan yang tinggi. Hal ini bisa dilihat berdasarkan pembagian yang dilakukan berdasarkan era waktu politik yang terjadi di Indonesia. Ada perkembangan yang kemudian terjadi dari aspek people, things, informations, dan directions yang menghasilkan keragaman pada gamelan itu sendiri. Tidak hanya orang Indonesia, tetapi juga orang-orang luar negeri sudah banyak yang memainkan gamelan. Informasi mengenai gamelan pun sudah mulai bisa diakses dari berbagai belahan dunia dengan mudah. Gamelan telah menjadi liquidity yang bergerak tidak hanya dari dalam keluar tetapi juga luar kedalam. Meskipun hal ini juga tidak lepas dari pro dan kontra perkembangan gamelan sendiri tidak dapat dipungkiri telah menawarkan opsi yang lebih beragam. Gamelan yang awalnya tradisional membuka opsi gamelan kontemporer. Seperti sebuah roda yang berputar, gamelan terus mengalami perkembangan dan kita tidak bisa terpaku pada apa yang sudah ada karena kebudayaan mengalami perkembangan, termasuk gamelan.

Gamelan is one of musical instrument that well-known as one of the culture that we had in Indonesia. In this case, globalization also takes a significant part in the development of gamelan itself. The influence of globalization in gamelan creates an issue in gamelan, is it change or still sticks on the „old‟ culture. Not only that, gamelan nowadays also developed in other countries. Because of this, it creates a relation between Indonesia and other countries and in this case it represent by Yogyakarta Gamelan Festival. These are interesting parts of this research that we have to look deeper. This research is also try to remain us that gamelan is important part of Indonesian culture. This research takes a several locations that become a sample to find out more about gamelan. Gayam16 become the house that living up the Yogyakarta Gamelan Festival, and it‟s located in Gayam Street. Freiburg and Trossingen, Germany and also Basel, Switzerland are other locations that also become location of the research, for gamelan group in outside of Indonesia. The informant selected based on their connection with gamelan and can give a wide perspective about gamelan. Ari Wulu as the coordinator of YGF; Djaduk Ferianto and Anon Suneko as musician that play gamelan; Dieter Mack, Sigrid Winter, Charlie Ritcher as the part of Anggur Jaya group. This is a qualitative research that using ethnography method as the way to collect the data. The research itself started in September 2012 until June 2013. This research shows that in the development of gamelan is actually already on a high level. We can see it from what we already divide based on Indonesia political era. There‟s a development that happen in people, things, information, and directions aspect that create a variation for gamelan itself. Not only Indonesian, but also there‟s a lot of people from other countries that can play gamelan well. We also can get easy access to get information about gamelan nowadays. Gamelan becomes liquidity and it‟s not only move outside but also inside. Beside all of the contradiction, we can‟t denied that the development of gamelan give us more options. Gamelan opens up an option, not only traditional gamelan but also contemporary gamelan. Like a wheel that always round around, gamelan always develop and grow. We can‟t stuck with things that already exist before because culture always develop, including gamelan.

Kata Kunci : gamelan, globalisasi, Anggur Jaya, Yogyakarta Gamelan Festival


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.