Pengaruh antibiotik rifampisin, eritromisin dan linkomisin terhadap infeksi plasmodium Berghei pada mencit swiss
SUNDARI, Sri, Prof.dr. Supargiyono, SU.,PhD
2001 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar
Malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting terutama di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk pemberantasan malaria tetapi prevalensi malaria masih tetap tinggi disebabkan berbagai hambatan diantaranya adanya resistensi vektor terhadap insektisida dan resistensi parasitnya sendiri terhadap obat anti malaria. Adanya permasalahan tersebut mendorong untuk mencari alternatif obat yang dapat diperoleh dengan mudah dan telah dikenal oleh masyarakat luas bahkan munglun telah lama digunakan, salah satu alternatifnya dengan menggunakan antibiotika yang telah lama dikenal sebagai antimikroba. Diantara antimikroba tersebut adalah rifampisin, linkomisin dan eritromisin yang pernah digunakan sebagai antimalaria dengan cara dikombinasi dengan obat-obat yang lain termasuk dengan obat anti malaria sendiri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek rifampisin. linkomisin dan
eritromisin terhadap pertumbuhan Plasmodium berghei jika dibandingkan dengan klorokuin sebagai obat standar dalam pengobatan malaria.
Sebelas kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas 5 ekor mencit betina diinokulasi dengan Plasmodium berghei. Kelompok I sebagai kelompok kontrol positif mendapatkan pengobatan klorokuin 25 mgkg BB, kelompok I1 sebagai kelompok kontrol negatif tidak mendapatkan pengobatan apa-apa dan, kelompok 111, IV, V masingmasing mendapatkan pengobatan rifampisin 300mgkg BB, 200 mgkg BB, 100 mgkg BB, kelompok VI, VII, VIII mendapatkan pengobatan linkomisin masing-masing 300 mgkg BB, 200 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan kelompok IX, X, XI masing-masing mendapatkan pengobatan eritromisin 300 mgkg BB, 200 mgkg BB, 100 mgkg BB. Setiap kelompok mencit diberikan obat secara oral dua kali sehari selama 5 hari (sejak D+ 1 sampai D+S). Pemeriksaan angka parasitemia dilakukan setiap hari dengan pemeriksaan apus darah tipis yang diambil dari ekor rnencit. ED-50, ED-90 dan ED095 dihitung dengan analisis log-Probit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rifampisin dosis 300 mg/kg BB dan linkomisin dosis 200 mgkg BB mampu menekan pertumbuhan P. berghei pada mencit hingga bebas dari parasit (p
Malaria is one among the most public health problems in tropical countries like Indonesia. Several actions have been taken to overcome this problem, however its prevalence is still high. Parasite resistance to anti malaria drug and vector resistance to insecticide are major constrains in controling the disease. To overcome this problem an alternative drugs are essentially need to be found. The antibiotic rifmpycine, erythromycine and lincomycine are examples of alternative drugs, and have been used in combination with chloroquine.
The aims of this study is to assess the effect of rifampycine, linkomycine and erythromycine on Plasmodium berghei in mice (in vivo) and will be compare to the antimalarial drug of chloroquine.
Elevent groups, each consisted of 5 female swiss mice were used and Plasmodium berghei were inoculated . Group I and group I1 were positive controle (receiving chloroquine) and negative controle (receiving aquadest) respectively. Group 111, IV, V were receiving 300 mgkg BW, 200 mgkg BB, 100 mgkg BW of rifampycine respectively. Group VI, VII, VIII were receiving 300 mgkg BW, 200 mgkg BW, 100 mgkg BW or lincomycine respectively. Group IX, X, XI were receiving 300 mgkg BW, 200 mgkg BW, 100 mgkg BW of erythromycine respectively. All of drugs given twice daily for 5 days.The degree of parasitemia were examinated daily using thin blood smears up to 5 days fiom the inoculation and were analyzed by log-probit methode.
The study showed that rifampycine 300 mgkg BW and linkomycine 200 mgkg BW were cured on Plasmodium berghei infention in Swiss mice (p
Kata Kunci : Infeksi Plasmodium Berghei, Antibiotika, Rifampycine, erythromycine, lincomycine, inhibition, Plasmodium bergihei.