KRITIK HASAN HANAFI TERHADAP FUNDAMENTALISME ISLAM STUDI PEMIKIRAN INTELEKTUAL ARAB PASCA DIFITISME 1967 M
Yoyo, Prof. Dr. Heddy Shri-Ahimsa Putra, M.A., M.Phil
2014 | Disertasi | S3 Sastra/Kajian Timur TengahPenelitian ini merupakan sebuah upaya untuk mengkaji dan memetakan pemikiran intelektual Arab-Muslim modern di Timur Tengah pasca kekalahan perang Arab-Israel 1967 M, kemudian dikenal dengan sebutan Difitisme Arab 1967 M. Perang Enam Hari 1967 M tersebut merupakan bencana bagi bangsa Arab dan telah mengakhiri ideologi Pan-Arabisme serta melahirkan empat ideologi kritis dalam bentuk Kritik Diri (Self Criticism) yaitu Kritisisme Liberal, Kritisisme Marxis/Kiri, Kritisisme Nasionalis dan Kritisisme Fundamentalis. Masing-masing ideologi mengklaim memiliki solusi terhadap kemunduran yang sedang dihadapi bangsa Arab. Dalam konteks ini, pemikiran Hasan Hanafi ikut andil dalam mewacanakan perubahan bagi masa depan bangsa Arab-Mesir. Salah satu upaya yang dilakukannya ialah dengan cara memberikan ktirik-konstruktif terhadap problem fundamentalisme Islam yang dipandangnya sebagai satusatunya ideologi tersisa setelah gagalnya percobaan ideologi-ideologi sekular. Penelitian ini dirumuskan ke dalam tiga pertanyaan pokok: (i) Bagaimanakah kecenderungan pemikiran intelektual Arab-Muslim Era Modern dan pasca kekalahan perang Arab-Israel 1967 M (difitisme) sampai pada tahun 2000-an?; (ii) Bagaimanakah latarbelakang terbentuknya intelektualitas Hasan Hanafi?; (iii) Mengapa Hasan Hanafi mengkritik fundamentalisme Islam? Pada level apa saja kritik tersebut ditujukan? Apa teori dan metode yang digunakan serta bagaimana kontribusi teoritis dan metodologis yang ditawarkan Hasan Hanafi sebagai intelektual Arab-Muslim kontemporer atas problem fundamentalisme Islam? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa teori tentang pemikiran intelektual Arab, relasi pemikiran dan ideologi, dan teori-teori mengenai intelektual Dunia Ketiga (Arab-Muslim). Penulis menggunakan pendekatan post-kolonial dalam artian yang sangat sederhana yaitu membongkar segala bentuk dominasi termasuk dogmatisme agama itu sendiri. Selanjutnya, penelitian ini menjadikan karya-karya intelektual Hanafi sebagai rujukan utama. Sedangkan metode analisisnya menggunakan metode critical reading, dimaksudkan bukan untuk menjelaskan makna sebuah teks akan tetapi lebih penting dari pada itu untuk menghasilkan sebuah teks baru. Penelitian ini menghasilkan empat temuan penting. Pertama, terkait dengan perkembangan pemikiran intelektual Arab, fundamentalisme Islam masih menjadi wacana dominan sejak era modern dan pasca difitisme 1967 M sampai era 2000-an. Kedua, Hasan Hanafi sebagai salah satu intelektual Arab post difitisme 1967 M, merupakan intelektual berhaluan liberal dengan karakter utamanya yaitu ajakan re-interpretasi terhadap turÄst Islam. Ketiga, kritik-kritik Hanafi terhadap fundamentalisme Islam tidak dimaksudkan untuk meruntuhkan ideologi tersebut melainkan mengajak untuk menafsirkan ulang doktrin Islam yang mereka pahami dari yang bersifat teosentris (Tuhan sebagai pusat) menjadi antroposentris (manusia sebagai pusat). Terakhir, Kiri fundamentalisme atau yasÄr al-ushÅ«liyyah yang ditawarkan Hanafi selain sebagai kritik juga diharapkan menjadi solusi atas stagnasi yang terjadi pada pemikiran fundamentalisme Islam konservatif
This research is an effort to analyze and to make a clear mapping on contemporary Arab-Muslim intellectuals thought after the defeat of the Arab- Israeli war in 1967 AD, then known as the “Arab Defeatism.†The Six-Day War taking place on June 1967 was disaster for the Arab world and terminated the ideology of Pan-Arab Nationalism and generated the rise of four competing selfcriticism ideologies: Liberal Criticism, Marxist Criticism, Nationalist Criticism, and Fundamentalist Criticism. The ideologies claimed to have their own solutions to the Arab decadence. In this context, Hasan Hanafi’s thought committed to have a real contribution for the Arab-Egyptian future. One of his efforts is to offer a constructive-critique on the problem of Islamic Fundamentalism which he viewed as the last ideology after the failure of secular ideologies. This research has three main questions: (i) How is the trend of Arab- Muslim intellectual’s thought in the Modern Era and after the Arab defeat of 1967 until 2000s? (ii) How is the intellectual background of Hasan Hanafi? (iii) Why Hasan Hanafi criticized Islamic fundamentalism? To what level such critiques addressed? What theories and methodologies he used and how these theories and methodologies have contribution to the problem of Islamic fundamentalism? To answer these three research questions, I offer some theories on Arab intellectual’s thought, thought and ideology relations, and theories on the role of Third World intellectuals (Arab-Muslim). I also used post-colonial approach in a standard meaning that is to reveal every kind of dominations, including religious dogmatism. The works of Hasan Hanafi become main resources and than analyzed by critical reading method, it dose not mean to explain the meaning of the text but on the contrary it intend to produce a new text. This research finally found four major conclusions. First, regarding to the development of contemporary Arab intellectual’s thought, Islamic fundamentalism tends to be a dominant ideology since modern era and after the Arab defeat of 1967. Second, Hasan Hanafi as one of the Arab intellectuals after the Arab defeat, he seems to be a liberal thinker by re-interpreting Islamic heritage (turÄst) as its main feature. Third, Hanafi’s critiques on Islamic fundamentalism do not intend to deconstruct the ideology otherwise he proposed to re-interpret the doctrinal discourse applied by the fundamentalists from Theo-centric thinking to anthropocentric thinking. The last, fundamentalist left or yasÄr al-ushÅ«liyyah proposed by Hanafi not only functioned as a critique but also as a solution to the stagnation of fundamentalist-conservative thinking.
Kata Kunci : pemikiran dan intelektual Arab, difitisme 1967, ideologiideologi liberal, fundamentalisme Islam, dan Kiri fundamentalisme