PERAN PETUGAS PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DALAM MENERAPKAN KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU ( Studi Kasus pada Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

KURNIATI DWI ASTUTI, Prof. Dr. Warsito Utomo

2013 | Tesis | S2 Magister Administrasi Publik

Pengendalian hama tanaman mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan produksi pertanian. Salah satu upaya pengendalian hama dan penyakit tumbuhan dengan metode pengendalian tanaman yang dikenal dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian Hama Terpadu merupakan metode yang memadukan dari berbagai teknik pengendalian dalam suatu rencana. Upaya tersebut perlu didukung dengan adanya suatu lembaga pertanian yang seharusnya dapat berfungsi sebagai semacam lembaga konsultasi yang selalu siap melayani kesulitan yang dialami masyarakat petani dalam hal pengendalian hama tanaman. Maka pemerintah menetapkan adanya petugas fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT). Dalam rangka desentralisasi, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga membentuk petugas fungsional POPT Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memberdayakan petani dalam menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu, serta untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas peran petugas POPT. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, analisis dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran petugas POPT dalam menerapkan konsep PHT masih belum efektif. Ada beberapa faktor yang menimbulkan ketidakefektifan peran petugas POPT Kabupaten Kulon Progo dalam menjalankan tugasnya. Faktor-faktor tersebut dilihat dalam empat karakteristik. Karakteristik organisasi yang mempengaruhi berkaitan dengan sedikitnya jumlah petugas POPT yang ada. Karakteristik lingkungan berupa tidak meratanya proses transformasi ilmu pengetahuan PHT kepada petani, kurangnya kesadaran untuk melaksanakan PHT oleh masyarakat petani, kurang adanya dukungan yang cukup optimal dari pihak lain, serta petugas POPT cenderung bertipe pekerja sentris. Karakteristik pekerja berupa tidak adanya motivasi pekerjaan dan lemahnya keterikatan organisasi dari petugas, serta kapasitas petugas juga tidak merata. Karakteristik kebijakan dan praktek manajemen berupa komunikasi vertikal yang terjalin kurang baik, kurangnya porsi peran petugas POPT dalam kegiatan, dan fasilitas sarana penunjang kerja yang belum semuanya terpenuhi. Dan untuk meningkatkan efektivitas peran petugas POPT, saran yang diberikan antara lain dalam rekruitment petugas POPT perlu disesuaikan dengan kebutuhan akan petugas yang memenuhi kualifikasi dalam Perlindungan Tanaman, membuatkan ruang publik yang cukup bagi petugas POPT untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat, sinergi antar institusi yang bergerak pada bidang pertanian dengan pembagian peran yang adil, serta meningkatkan fasilitasi terhadap petugas POPT.

Plant pest control has an important role in improving agricultural production. One effort to control pests and diseases of plants with plant control methods known to the system Integrated Pest Management ( IPM ). Integrated Pest Management is a method of combining a variety of control techniques in a plan. Such efforts need to be supported by the existence of an agricultural institution that should serve as a kind of consultancy that is always ready to serve the difficulties experienced by the farmers in terms of crop pest control. So the government established the existence of functional officials controlling plant pests. In the context of decentralization, local government of Kulon Progo Regency also formed Functional officials controlling plant pests of Kulon Progo Regency. This study aims to determine the role of the functional officials controlling plant pests in carrying out its duties and functions to empower farmers in applying the concept of Integrated Pest Management, as well as to identify factors that influence the effectiveness of the role functional officials controlling plant pests. The method used is descriptive qualitative. Data was collected by interview, observation and documentation analysis. The results of this study indicate that the role of functional officials controlling plant pests in implementing the concept of IPM still not effective. There are several factors that lead to the ineffectiveness of the role of functional officials controlling plant pests in performing their duties. These factors were seen in four characteristics. Organizational characteristics that influence is the least number of existing officers. Environmental characteristics that influence is inequality in the process of transformation of IPM knowledge to farmers, lack of awareness to implement IPM by farmers, lack of support from other parties, and the type of officer that workers centric. Worker characteristics that influence is lack of motivation to work and the weak of organization ties, and uneven capacity of officers. Characteristics management policies and practices that influence is vertical communication is less well established, the lack of personnel role in the activities, and supporting infrastructure facilities is not all fulfilled. And to improve the effectiveness of the role of the functional officials controlling plant pests, advice given, among others, the recruitment officer will need to be adjusted to the needs of qualified personnel in Crop Protection, made the public space enough for officers to be able to actualize themselves in community-related activities, synergies among institutions engaged in agriculture with a fair division of roles, and increase the facilitation of the officers.

Kata Kunci : efektivitas, petugas POPT, Pengendalian Hama Terpadu (PHT)