GAY MUSLIM IN MUSLIM COMMUNITY Narrating the Self within the Identities of Religion and Sexuality
Khoirul Anam, Dr. Wening Udasmoro
2013 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaPenelitian ini bertujuan utuk menjawab tiga pertanyaan utama yang selama ini menjadi kegelisahan dan problema yang seolah tiada berujung. Yakni: Bagaimana gay Muslim mengartikan mayoritas pandangan islam yang melarang homosekxualitas? Bagaimana mereka menempatkan identitas agama dan seksualitasnya? Dan bagaimana mereka menarasikan diri mereka dalam konteks identitas agama dan seksual? Asumsi dasar penulis adalah bahwa islam belum memiliki keputusan yang bersifat final dan kolektif terhadap permasalahan ini, dan bahwa banyak gay Muslim yang merespon pandangan agama terhadap seksualitas dalam cara yang sangat beragam. Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teori framing yang diperkenalkan oleh Ervin Goffman (1974). Teori ini membuka ruang untuk melihat sebuah fenomena melalui dua cara, Pertama, sebagai bingkai pemikiran, yang meliputi representasi mental, interpretasi, dan penyederhanaan realitas. Kedua, sebagai bingkai komunikasi, yang meliputi bingkai-bingkai komunikasi yang melibatkan banyak orang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat membangun serangkaian ‘penyaring’ melalui pengaruh biologis dan kultural. Mereka menggunakan ‘saringan’ ini untuk memahami kehidupan. Pilihan yang mereka buat hanyalah sebatas ‘saringan’ yang mereka miliki. Interpretasi atas doktrin dan ajaran-ajaran agama menjadi bagian yang amat penting bagi banyak gay muslim untuk merasa diterima dan nyaman berada di dalam komunitas agama. Penulis berpendapat bahwa pakar agama dan pemimpin komunitas agama perlu untuk membangun ‘saringan’ baru atas agama yang tidak lagi terjerembab kedalam pembicaraan mengenai Tuhan dan akhirat, tetapi berbicara tentang kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan berbaga dimensi sosial yang lain. Kota Yogyakarta sendiri memiliki andil besar bagi lahir dan besarnya komunitas dan organisasi yang terbuka atau bahkan focus pada homosexsualitas.
This research is aimed at answering three questions; How do gay male Muslims interpret the major views of Islam as banning their homosexual being? How do they reconcile their conflicting identities in accordance with religious and sexual identity at the same time? And how do they narrate the self in accordance with religious and sexual identities? My basic assumption is that Islam has not yet to come to a final and collective decision regarding opinions and attitudes toward homosexuality, and that many gay male Muslims take various actions reacting to the various interpretation of homosexuality within Islam. The theory I use is framing theory introduced by Ervin Goffman (1974), which is to see a phenomenon in one of two ways: as frames in thought, consisting of the mental representations, interpretations, and simplifications of reality, and frames in communication, consisting of the communication of frames between different actors. It assumes that people build a series of mental filters through biological and cultural influences. They use these filters to make sense of the world. The choices they then make are influenced by their creation of a frame, In other words, we only become aware of the frames that we always already use when something forces us to replace one frame with another. Interpretations of religious teachings and doctrines become an important aspect for many gay male Muslims to fell welcomed and comfortable in religious communities. I therefore argue the need for Muslim scholars and religious leader to create ‘new senses’ of religion that do not always talk about God and the hereafter, but also talk about humanity, justice, equality, and other social dimensions. The city of Yogyakarta itself has big role in making many gay male Muslims to feel comfortable with themselves, because Yogyakarta has a long history of many gay movements and communities.
Kata Kunci : Gay Muslim, Interpretasi ajaran agama, Yogyakarta.