EVALUASI PENGGUNAAN DIHYDROARTEMISININ+PIPERAKUIN DAN PRIMAKUIN PADA PENGOBATAN MALARIA FALCIPARUM TANPA KOMPLIKASI DI KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

Mayland Yee Sewa, Prof. Dr. Mustofa, M.Kes., Apt.

2013 | Tesis | S2 Ilmu Farmasi

Malaria merupakan masalah kesehatan utama di propinsi Papua Barat khususnya di kota Sorong. Artemisinin based combination therapy adalah terapi kombinasi antimalaria dengan turunan artemisinin sebagai salah satu komponen dalam kombinasi tersebut. Artemisinin based combination therapy yang digunakan di kota Sorong ialah kombinasi dihydroartemisinin-piperakuin dan primakuin (DHP+PQ). Sejak digunakan mulai tahun 2008, DHP+PQ belum pernah dievaluasi penggunaannya di Kota Sorong. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi dan efek samping kombinasi dihydroartemisininpiperakuin dan primakuin pada pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi di kota Sorong provinsi Papua Barat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan membandingkan hasil pemeriksaan sebelum, selama dan sesudah pengobatan. Kegiatan penemuan penderita dilakukan secara purposive sampling yaitu dengan menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Sorong, Puskesmas Malawei Kota Sorong, dan Puskesmas Remu Kota Sorong. Pengukuran efektivitas DHP+PQ adalah dengan menghitung densitas parasit dan suhu axilla pada hari ke-1 (H1), hari ke-2 (H2), hari ke-3 (H3), hari ke-7 (H7), hari ke-14 (H14), hari ke-21 (H21), dan hari ke-28 (H28) sesuai dengan protokol WHO. Efektivitas DHP+PQ ditandai dengan tidak adanya parasitemia dan suhu axilla ≤37,5°C sampai H28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 kasus malaria falciparum, tidak ditemukan kegagalan pengobatan dini dan kegagalan klinik kasep. Ditemukan kegagalan parasitologis kasep pada 3 orang (5,45%) sehingga DHP+PQ memiliki efikasi 94,55%. Kemungkinan timbulnya efek samping akibat penggunaan DHP+ PQ cukup ringan yaitu mual (7,27%), muntah (5,45%) dan pusing (5,45%).

Malaria is a major health problem in the province of West Papua, especially in the city of Sorong. Artemisinin-based combination therapy is the antimalarial combination therapy with artemisinin derivative as one component of the combination. Artemisinin-based combination therapy used in the city of Sorong is a combination dihydroartemisinin-piperaquine and primaquine (DHP+PQ). Since the use starting in 2008, DHP+PQ has not been evaluated for use in the city of Sorong. The purpose of this study was to determine the efficacy and side effects of dihydoartemisinin-piperakuin and primaquine in the treatment of uncomplicated falciparum malaria in the city of Sorong West Papua province. This study is an observational study to compare the results of the examination before, during and after treatment. Case detection activities conducted by purposive sampling is to determine the sample with certain considerations are in accordance with the inclusion criteria. The study was conducted at the General Hospital Sorong Regency, Malawei health centers, and Remu health centers Sorong. Measuring the effectiveness of DHP + PQ is by counting the number of parasites and axilla temperature on day 1st (D1), day 2nd (D2), day 3th (D3), day 7th (D7), day 14th (D14), day 21th (D21), and day 28th (D28) according to the WHO’s protocol. Effectiveness of DHP+PQ characterized by the absence of parasitemia and axilla temperature ≤ 37.5ºC on D28. The result showed that of the 55 cases of falciparum malaria, not found early treatment failure and late clinical failure. Found late parasitological failure in 3 (5,45%) patients so that the DHP + PQ has a 94,55% efficacy. Possible side effects caused by D HP + PQ include nausea (7,27%), vomiting (5,45%) and dizziness (5,45%).

Kata Kunci : malaria falciparum, efikasi, dihydroartemisinin+piperakuin dan primakuin, DHP+PQ