Laporkan Masalah

PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN SIMULASI DETERMINISTIK UNTUK EVALUASI GAPEKA TAKSAKA 39

Tantri Handayani, Arief Setiawan BN, ST., M.Eng., Ph.D.

2013 | Tesis | S2 Teknik Sipil

Potensi kereta api sebagai moda transportasi yang berkapasitas besar harus didukung dengan sistem dan pengaturan penjadwalan yang baik. Dalam pengaturan jadwal ini, PT. Kereta Api Indonesia dihadapkan pada risiko yang berupa keterlambatan. Keterlambatan ini tentunya merugikan konsumen. Keterlambatan yang masih terjadi memunculkan pertanyaan apakah sistem penjadwalan perjalanan kereta sudah mempertimbangkan nilai risiko yang mungkin terjadi di lapangan. Dengan pertimbangan berbagai hal tersebut, perlu dilakukan analisis risiko untuk evaluasi jadwal perjalanan kereta yang sudah diterapkan dewasa ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosentase kemampuan perjalanan riil dari kemampuan perjalanan teoritis serta menyajikan hasil penjadwalan ulang GAPEKA dengan mempertimbangkan nilai risiko tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung kecepatan teoritis yang ditentukan berdasarkan kondisi sarana dan prasarana yang dianggap berfungsi sempurna. Kecepatan ini sebagai pembanding kecepatan riil di lapangan yang direkam dengan alat Global Positioning System (GPS). Dibuat juga model matematis pergerakan kereta di lapangan (percepatan, perlambatan dan gerak statis) yang digunakan sebagai acuan simulasi deterministik. Dalam simulasi ini digunakan risiko keterlambatan 5% dan 50% sehingga dihasilkan GAPEKA yang terevaluasi. Adapun evaluasi GAPEKA juga dilakukan dengan data sekunder yang berupa data GAPEKA realisasi yang terjadi selama 4 bulan dengan risiko keterlambatan 5% dan 50%. Dari hasil analisis didapat bahwa kecepatan riil sebesar 71,91%, perlambatan riil sebesar 24,48% dan percepatan riil mencapai 44,69% dari kecepatan, perlambatan dan percepatan teoritis. Kecepatan riil rata-rata sebesar 87,89 km/jam dengan standar deviasi 3,82 km/jam dan kecepatan maksimum 105,39 km/jam. Berdasarkan simulasi deterministik, risiko keterlambatan terbesar ada pada ruas Gombong hingga Purwokerto, Purwokerto hingga Prupuk dan Jatinegara hingga Gambir yang nilainya lebih dari 99%. Analisis risiko dengan GAPEKA realisasi menunjukkan ruas Tugu Yogyakarta hingga Kutoarjo dan Purwokerto hingga Prupuk yang memiliki risiko keterlambatan terbesar yaitu 92,27% dan 91,19%. Waktu tempuh hasil analisis risiko keterlambatan 50% dengan simulasi deterministik dan GAPEKA realisasi memiliki selisih paling besar dengan GAPEKA 2011 pada ruas Purwokerto hingga Prupuk yaitu sebesar 10 menit dan 9 menit, sedangkan selisih terbesar dengan GAPEKA 2013 ada pada ruas Gombong hingga Purwokerto yang sebesar 6 menit. Berdasarkan hasil simulasi deterministik dengan risiko keterlambatan 50%, kereta Taksaka 39 tiba di stasiun akhir mundur sebesar 2 menit dari jadwal GAPEKA 2011 dan 16 menit dari GAPEKA 2013, sedangkan dengan risiko keterlambatan 5% kemunduran jadwal mencapai 48 menit dan 62 menit. Berdasarkan analisis risiko keterlambatan 50% dengan GAPEKA realisasi, kereta Taksaka 39 tiba di stasiun akhir mundur sebesar 13 menit dari jadwal GAPEKA 2011 dan 14 menit dari GAPEKA 2013, sedangkan dengan risiko keterlambatan 5% kemunduran jadwal mencapai 67 menit dan 81 menit.

The potential of train as a fast and large-capacity transport should be balanced by a well-operated system. In generating this operation system, PT. Kereta Api Indonesia are faced with the risk of delays. The delays certainly harm the passengers which make their satisfaction decrease. These delays lead to the question: have train schedules reflected the risks in the field? With these matters as considerations, it is necessary to perform risk analysis on the train schedules that have been implemented nowadays. This research aims to determine the ratio between real movement ability to the theory, also show the result of reschedulling the time-travel graph (GAPEKA) with considering the delay risk. This research was conducted by calculating the theoritical speed, which is determined by the condition that the facilities and infrastructure are assumed to be perfectly functioning. This speed was used as a comparison to the real speed in the field, which was recorded using Global Positioning System (GPS) device. Also this record data was used to make a mathematical model for train motion in the field (acceleration, deceleration, and static motion). A mathematical model lead to deterministic simulation. In this deterministic simulation, the level of delay-risk is 5% and 50%, thus producing an evaluated time-travel graph (GAPEKA). GAPEKA evaluation was also performed using the actual GAPEKA data that happened over the four month period with delay-risk level 5% and 50%. The analysis results obtained that the ratio between real speed to the theory was 71,91%, while deceleration was 22,48% and acceleration reached 44,69%. The average real speed was 87,89 km/h with deviation standard 3,82 km/h and maximum real-speed reach 105,39 km/h. According to deterministic simulation, there was the highest risk of delay at Gombong-Purwokerto, Purwokerto-Prupuk dan Jatinegara-Gambir segment which reached more than 99%. The actual-GAPEKA risk analysis showed that Tugu Yogyakarta-Kutoarjo segment and Purwokerto-Prupuk segment have the highest risk of delay which was 92,27% and 91,19%. The time travel which was resulted from the deterministic simulastion and actual GAPEKA analysis using delay-risk level 50% was longer than GAPEKA 2011 in Purwokerto-Prupuk segment, the differences reached 10 minutes and 9 minutes. Compared to the GAPEKA 2013, the differences occured in Gombong-Purwokerto segment and it reached 6 minutes each. According to the result of deterministic simulation using delay-risk level 50%, Taksaka 39 train arrived at final station delayed 2 minutes from the GAPEKA 2011 and 16 minutes from the GAPEKA 2013. By using delay-risk level 5%, the arrival time delayed 48 minutes and 62 minutes. According to the result of the actual GAPEKA using delay-risk level 50%, Taksaka 39 train arrived at final station delayed 13 minutes from the GAPEKA 2011 and 14 minutes from the GAPEKA 2013. By using delay-risk level 5%, the arrival time delayed 67 minutes and 81 minutes.

Kata Kunci : analisis risiko, simulasi deterministik, GAPEKA


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.