PREMATURITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI SEL RAMBUT LUAR KOKLEA

Gerry Raymond Joviolo, Dr. Kartono Sudarman, Sp.THT-KL(K)

2013 | Tesis | S2 Ilmu Penyakit THT

Latar Belakang: Gangguan pendengaran pada bayi baru lahir dapat menyebabkan gangguan pada aspek kehidupannya dikemudian hari berupa gangguan bicara, berbahasa, kognitif dan sosial. Prematuritas merupakan salah satu dari beberapa faktor risiko gangguan pendengaran disebabkan belum maturnya struktur anatomi koklea dan juga belum maturnya paru. Distortion Product Otoacoustic Emission (DPOAE) merupakan salah satu alat objektif untuk menilai koklea dengan menganalisis fungsi dari sel rambut luar koklea. Tujuan: Menentukan peran prematuritas sebagai salah satu faktor risiko terhadap gangguan fungsi sel rambut luar koklea. Metode: Rancangan penelitian adalah kasus kontrol. Subyek penelitian adalah neonatus yang dilakukan pemeriksaan DPOAE di Neonatal Intesive Care Unit Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. Neonatus dengan hasil “Refer” dikelompokkan sebagai populasi kasus dan hasil “Pass” sebagai populasi kontrol. Populasi kasus dan kontrol yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi. Peneliti menggunakan Analisa statistik yang digunakan adalah chi square, Mann whitney dan Regresi logistik. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara neonatus yang lahir prematur dengan cukup bulan. Sembilan belas (30,6%) neonatus yang lahir <32 minggu didapati hasil OAE “Refer”, dan 59 (95,2%) neonatus yang lahir ≥32 minggu dengan hasil OAE “Pass”dengan nilai p=0,0001 dan IK 95% 2,41-31,23. Kesimpulan: Prematuritas berperan sebagai salah satu faktor risiko terhadap gangguan fungsi sel rambut luar koklea pada bayi yang lahir pada usia <32 minggu dan tidak pada neonatus yang lahir usia ≥32 minggu.

Background: Neonatus hearing impairment have the potential handicap in later social life, such as speech, language, cognitive and social function. Prematurity is one of several factors of hearing impairment due to immaturity of anatomic structure of the cochlea and also due to the immaturity of lung function in premature newborn. DPOAE is used as an objective tool to examined cochlea function by analyzing the function of cochlear outer hair cell. Objective: The aim of this research is to know the role of prematurity in cochlear outer hair cell dysfunction. Methods: Research design was case control study. Subjects of the research were neonates in NICU ward of Dr. Sardjito Hospital whom underwent DPOAE examination. Newborn with “Refer” result assigned as case population where as “Pass” result as the control population. Case and control population who qualified for the inclusion and exclusion criteria where used as sample. We employed chi square test, Mann-whitney test and logistic regression for statistical analysis. Result: There was no statistical difference on DPOAE result between the premature and non premature newborn. Nineteen (30,6%) of neonates that was born <32 weeks showed “Refer” result, and 59 (95,2%) of neonates born ≥32 weeks exhibited “Pass” result (p=0,0001(CI95% 2,41-31,23)). Conclusion: Prematurity was proven to be one of the risk factor for the dysfunction of cochlear outer hair cell on neonates born <32 weeks, but not for neonate born ≥32 weeks.

Kata Kunci : Gangguan fungsi sel rambut luar koklea, prematur, faktor risiko; Cochlear outer hair cell dysfunction, premature, risk factor