Laporkan Masalah

PERENCANAAN KELUARGA DAN FERTILITAS SUKU BAJO DI ERA PERUBAHAN (STUDI KASUS : SUKU BAJO DI PERKAMPUNGAN MOLA KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI)

SUBARDJAN, Dr.Anna Marie Wattie.,M.A.

2013 | Tesis | S2 Kependudukan

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mola Utara dan Desa Mola Selatan Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Adapun tujuan penelitian adalah untuk: (1) mengetahui pandangan suami-istri terhadap perencanaan keluarga, (2) mengidentifikasi kondisi sosial, ekonomi, demografi dan budaya dalam kaitannya dengan perencanaan keluarga, (3) menganalisis penggunaan alat kontrasepsi KB dan fertilitas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode gabunagn (mix metode) yaitu pendekatan kuantitatif (survey) dan kualitatif. Survey bertujuan untuk memperoleh gambaran umum karasteristik sampel dan sebagai seleksi informan. Terkait dengan survey, responden adalah wanita usia subur (15-49) tahun suku Bajo yang jumlahnya ditentukan dengan quota sampling. Selanjutnya sampel dipilih secara acak sejumlah quota yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan keluarga yang ada pada pasangan suami-istri suku Bajo di “era perubahan” adalah nilai “keluarga besar”; (2) aspek-aspek yang menentukan perencanaan keluarga suku Bajo di era perubahan adalah aspek sosial-ekonomi, demografi dan budaya. Di era perubahan dimana suku Bajo telah mendarat dan menjadi bagian dari orang kota, menyebabkan tuntutan kebutuhan hidup terus meningkat. Sementara tingkat pendidikan yang dimiliki rendah dan mayoritas kawin pada usia muda. Oleh sebab itu mereka tidak berpeluang bekerja pada sektor formal/publik, sehingga mayoritas tidak bekerja dan berpenghasilan rendah. Dengan hanya mengandalkan mata pencaharian sebagai nelayan, maka untuk meningkatkan penghasilan rumah tangga anak dilibatkan sebagai faktor produksi (tenaga kerja). Peran tersebut dikerjakan oleh anak laki-laki, sehingga anak laki-laki memiliki nilai sosial budaya yang lebih dibandingkan dengan anak perempuan. Dengan demikian ada kecenderungan untuk menambah jumlah anak sebagai anggota keluarga (ukuran keluarga besar); (3) Kondisi tersebut menyebabkan wanita usia subur (15-49) tahun suku Bajo mayoritas tidak menggunakan alat kontrasepsi KB. Dengan demikian mengakibatkan fertilitas cenderung tinggi dalam hal ini rata-rata jumlah Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup (AMH) cenderung lebih tinggi. Di daerah penelitian ALH menunjukkan (3/4) orang dan AMH adalah (2,9 atau 3) orang.

This research was being done at North Mola Village and South Mola Village, Sub-district of Southern Wangi-Wangi, Wakatobi regency. The purpose of this research was to: (1) know wife husband views to family planning, (2) identify social conditions, economy, demography and culture in its bearing to family planning, (3) analyze the using KB contraceptive device and fertility. Method that used in research was methodic affiliate (mix methodic) which is quantitative (survey) and qualitative approach. The purpose of survey was to get characteristic common picture sample and as selection the informant. Relate with survey, respondent were lush age woman (15 - 49) years old of Bajo ethnic which its total determined by quota is sampling. Furthermore sample was chosen at random already been established. Result of research showed that: (1) family planning on wife husband couple Bajo ethnic in “ changing era ” was appreciative “extended family”; (2) planning prescriptive aspects Bajo ethnic families in changing era were economic social aspect, demography and culture. In changing era where Bajo ethnic have landed and be part of townsman, causing requirement charge lives increasingly. While level of education is low and wedding majority on young age. Therefore they didn‟t get opportunity were connected with formal sector/public, so majority not works and get low income. With just rely living as fisherman; therefore to increase family income child was involved as factor of production (labor). This role did by man, so the son has point of culture social if compared with daughter. Thus available tended to add child as member of family (measure of extended family); (3) that Condition cause lush age woman (15 - 49) years old of Bajo ethnic majority not used KB contraceptive device. Its cause fertility tended to high in this case average total of born life child (ALH) and child still live (AMH) tended higher. At born life child observational region showed (3/4) person and child still live is (2,9 or 3) person.

Kata Kunci : Perencanaan Keluarga, Fertilitas, Suku Bajo


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.