PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SAWO KECIK (Manilkara kauki (L.) Dubard), GEBANG (Corypha utan Lamk.), PULAI (Alstonia scholaris R.Br), DAN VITEX (Vitex pubescens Vahl.) SELAMA MENGALAMI KEKERINGAN
NUR RAHMAWATI W, Drs. Sudjino, M.S
2013 | Skripsi | BIOLOGIPerubahan iklim yang terjadi saat ini sudah sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan, salah satunya adalah kekeringan. Untuk mempertahankan vegetasi yang terdapat di daerah kering, perlu dicari alternatif tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Beberapa di antara spesies yang memiliki potensi tinggi untuk beradaptasi terhadap kekeringan adalah Sawo kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard), Gebang (Corypha utan Lamk.), Pulai (Alstonia scholaris R.Br), dan Vitex (Vitex pubescent Vahl.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta respon morfologis, fisiologis, dan anatomis tanaman tersebut dari kondisi kekeringan. Dalam penelitian ini digunakan perlakuan cekaman kekeringan selama 10 hari, 20 hari, 30 hari, dan 40 hari. Tanaman kontrol disiram setiap 2 hari sekali. Masing-masing perlakuan menggunakan 3 ulangan. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, jumlah daun, kecepatan transpirasi, indeks stomata, kadar prolin, kadar air tanaman, berat kering total, berat kering akar, anatomi batang, anatomi akar, dan anatomi daun. Data fisiologis yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman merespon cekaman kekeringan dengan peningkatan kadar prolin, tebal xilem daun, tebal korteks akar, tebal xilem batang dan tebal epidermis akar. Selain itu respon cekaman kekeringan juga ditunjukkan dengan penurunan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, jumlah daun, kecepatan transpirasi, indeks stomata, kadar air, berat kering tanaman, berat kering akar, tebal mesofil, tebal floem daun, dan tebal floem batang. Dari keempat tanaman uji dapat disimpulkan bahwa Gebang merupakan tanaman yang paling adaptif terhadap cekaman kekeringan.
Recent climate change has been difficult to be avoided. Besides, it impacts on life, one of them is drought. In order to maintain the vegetation found in the dry areas, people need to look for the alternative plants that resist from the drought stress. Some species with potential adaptation to drought are Sawo kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard), Gebang (Corypha utan Lamk.), Pulai (Alstonia scholaris R.Br), and Vitex (Vitex pubescent Vahl.). The purpose of this reseach was to examine the growth and development of palnts, the morfhological, physiological, and anatomical responses of these plants in drought condition. Drought stress treatment was applied for 10 days, 20 days, 30 days, and 40 days, whereas control plants were watered every 2 days. Each treatment used 3 replication. Parameters observed were plant height, stem diameter, leaf area, number of leaves, transpiration rate, stomatal index, proline levels, plant water content, total dry weight, root dry weight, and the anatomy of stem, root, and leaves. Physiological data obtain were analized by t test. The result of this reseach indicated that plant responded to the drought stress by increasing level of proline, leaf xylem thickness, root cortex thickness, stem xylem thickness and root epidermis thickness. Drought stress responses also indicated by decreasing its plant height, stem diameter, leaf area, number of leaves, transpiration rate, stomatal index, water content, plant dry weight, root dry weight, mesophyll thickness, leaves phloem thickness and stem phloem thickness. Gebang is the most adaptive plants to drought stress compared with other.
Kata Kunci : kekeringan, Vitex, Gebang, Sawo kecik, Pulai, respon.